kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Koreksi sepekan, harga CPO masih punya kans naik


Sabtu, 04 November 2017 / 18:10 WIB
Koreksi sepekan, harga CPO masih punya kans naik


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit mentah alias crude palm oil (CPO) bergerak dengan kecenderungan turun pada pekan ini, Jumat (3/11), harga CPO untuk pengiriman Januari 2018 di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,53% ke level 2.806 per ton ketimbang hari sebelumnya RM 2.821 per metrik ton.

Awal pekan ini, harga CPO menyentuh level tertinggi sejak akhir Januari 2017 di level RM 2.839 per metrik ton. Analis meyakini, harga CPO masih berpeluang naik.

Dalam konferensi pers Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2017 kemarin, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengancam negara yang mendiskriminasi Indonesia karena memproduksi minyak sawit. Dia telah mengirimkan surat kepada parlemen Uni Eropa untuk mengupayakan diplomasi melindungi industri sawit Indonesia dari kampanye negatif.

"Dalam hubungan bilateral perlakuan ini diskriminatif, saya sampaikan kepada Eropa mereka memulai trade war dan saya bilang juga akan begitu," ujar Enggar saat konferensi pers IPOC 2017, Jumat (3/11).

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, sentimen tersebut merupakan cerita lama. Kenyataannya, potensi CPO Indonesia dan Malaysia sudah tidak terbendung hingga baik produksi maupun harga bakal terus meningkat.

Toh permintaan CPO dari Eropa masih sangat besar karena hingga 2020, Eropa masih membutuhkan pasokan minyak sawit hingga 6 juta ton. Apalagi ada potensi CPO bisa jadi alternatif biofuel yang digemari negara-negara yang peduli lingkungan.

"Perlu diingat juga, Indonesia dan Malaysia terus membangun bahan bakar alternatif untuk pesawat walau belum terealisasikan," jelasnya. Ia memperkirakan, avtur alternatif ini bisa jadi menyerap hingga 75% pasokan kedua negara ini, namun baru benar-benar terealisasikan pada tahun-tahun mendatang.

Ibrahim meyakini harga komoditas ini bakal terus terkerek seiring permintaan global terus bertumbuh. Apalagi ada ancaman perubahan cuaca ekstrem seiring kedatangan La Nina ke Amerika Serikat dan Amerika Selatan yang bisa menganggu pasangan CPO, yakni kacang kedelai.

Dengan demikian, secara teknikal Ibrahim melihat harga CPO bakal terus mendaki. Hal ini terlihat dari indikator moving average (MA) yang telah bergerak 10% di atas bollinger tengah dan diiringi indikator stochastic yang 60% di area positif. Sedangkan indikator moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) menunjukkan sinyal wait and see, lantaran menunggu data payroll AS yang berpotensi menaikkan dollar.

Ibrahim memperkirakan, harga CPO akan bergerak dalam kisaran RM 2.820 - RM 2.821,5 per metrik ton di awal pekan depan dan RM 2.892 - RM 2.839 per metrik ton dalam sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×