Reporter: RR Putri Werdiningsih, Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat menyentuh level tertinggi pada perdagangan awal pekan ini, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terkoreksi di akhir pekan. Analis memperkirakan, pelemahan harga akibat aksi profit taking oleh investor.
Pada Jumat (3/11), harga CPO pengiriman Januari 2018 di Malaysia Derivative Exchange mencapai RM 2.806 per metrik ton, turun 0,53% dibandingkan hari sebelumnya. Angka ini terkoreksi 1,16% dari level tertinggi sejak Januari 2017, yang disentuh pada Senin (30/10), yakni senilai RM 2.839 per metrik ton.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, pelemahan harga CPO merupakan reaksi yang normal setelah mencapai harga tertinggi sejak Januari. "Volume perdagangan kontrak ini sudah melebihi angka 10.000, maka bila terjadi koreksi adalah wajar, karena pelaku pasar ambil untung," jelas Ibrahim, Jumat (3/11). Sebagai informasi, kemarin volume perdagangannya telah mencapai 15.851.
Sementara itu, analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, dalam tiga tahun terakhir luas lahan perkebunan kedelai di Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan peningkatan hingga mencapai 8 juta hektare. Padahal lahan perkebunan CPO hanya mencapai 6,5 hektare. Dus, panen kedelai diperkirakan jauh lebih banyak dibandingkan CPO. Kalau produksi kedelai melimpah, negara konsumen minyak sawit akan beralih menggunakan minyak kedelai, ujar dia.
Keadaan ini semakin diperparah oleh penerapan pajak impor minyak sawit India yang naik dua kali lipat. Pajak impor minyak sawit naik dari 7,5% ke 15%. Sedangkan pajak impor minyak sawit olahan naik menjadi 25%. Bukan tidak mungkin India akan beralih ke minyak kedelai.
Di sisi lain, produksi minyak sawit sendiri juga terus tumbuh. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memprediksi produksi CPO dan turunannya tahun ini bisa mencapai angka 36,5 juta ton, naik 15,8% dibandingkan realisasi tahun lalu 31,5 juta ton. Sepanjang JanuariAgustus 2017, produksi telah mencapai 21 juta ton.
Namun, mengingat cuaca ekstrem yang tengah menghampiri Kalimantan dan Sumatra, Ibrahim melihat pasokan CPO bisa terkoreksi karena ladang terkena banjir yang merusak kualitas buah sawit. Apalagi saat ini musim peremajaan pohon kelapa sawit yang sudah terlalu tua.
Ibrahim melanjutkan, harga CPO berpotensi terapresiasi karena terus diburu sebagai sumber energi biofuel yang memiliki emisi rendah. Dus, meski produksi CPO Malaysia dan Indonesia terus meningkat, pasar tetap menyerap.
Maka Ibrahim meyakini, harga CPO akan terus naik. Sepekan ke depan, harga CPO diprediksi bergerak di RM 2.892–RM 2.839 per metrik ton. Sedangkan Deddy melihat tren harga CPO masih bearish. Pada Senin (6/11), ia memperkirakan harga akan bergerak antara RM 2.770–RM 2.820 per ton dan antara RM 2.860–RM 2. 740 per ton sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News