kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Kebijakan BI yang longgar jadi sentimen positif saham perbankan


Minggu, 23 Juni 2019 / 21:58 WIB
Analis: Kebijakan BI yang longgar jadi sentimen positif saham perbankan


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sikap Bank Sentral Indonesia (BI) yang cenderung dovish atau berpotensi melonggarkan kebijakan moneternya, dinilai mampu memberikan dampak positif bagi saham sektor perbankan jangka panjang. Hanya saja, untuk jangka pendek dampak pelonggaran moneter BI masih akan terganjal kondisi likuiditas ketat.

Dalam rapat bulan Juni 2019, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di level 6%. Hal tersebut untuk menjaga otot rupiah dan membantu pemerintah menjaga defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) agar tidak melebar.

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai, tren kebijakan moneter yang cenderung dovish bisa memberikan sentimen positif bagi sektor perbankan. Apalagi, Suria menilai sejak 2017, kinerja sektor keuangan merupakan satu-satunya sektor yang tumbuh lebih baik dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Issue-nya sekarang adalah likuiditas, karena loan to deposit ratio (LDR) yang telah mencapai 94%," kata Suria kepada Kontan.co.id, Jumat (21/6).

Di sisi lain, dia optimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 11% secara industri, dengan risiko kredit macet atau non performing loan (NPL) yang masih cukup baik dan terjaga. Adapun penopang pertumbuhan kredit perbankan 2019, masih datang dari kredit korporasi khususnya infrastruktur dan consumer.

Meski menahan suku bunga acuan, BI memutuskan menambah kebijakan akomodatif melalui penambahan likuiditas. Yaitu menurunkan giro wajib minimum (GWM) rupiah sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,5%, baik untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah.

Masing-masing rasio GWM rupiah bank umum konvensional dan bank umum syariah saat ini sebesar 6% dan 4,5%. Dengan GWM rata-rata masing-masing tetap sebesar 3%.

"GWM sudah diturunkan 50 bps. Walau enggak besar, tapi lumayan untuk menambah likuiditas hingga Rp 25 triliun ke sistem perbankan," jelasnya.

Suria juga menekankan bahwa potensi BI untuk memangkas suku bunga acuannya di 2019, minimal satu kali cukup terbuka lebar. Ini dilihat dari konsensus Bloomberg yang menunjukkan sebagian besar pelaku pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunga acuannya 25bps di Juli.

Bahkan, kebanyakan pelaku pasar memperkirakan potensi The Fed memangkas suku bunga acuannya tahun ini, bisa mencapai tiga kali. Selain rencana pelonggaran moneter The Fed, perkembangan neraca perdagangan Tanah Air juga menjadi perhatian.

"Untuk saham yang dijagokan hingga akhir tahun ada BBCA (anggota indeks Kompas100) dan BBRI (anggota indeks Kompas100), tapi harganya sudah premium. Jadi pilihan lebih kepada BBNI (anggota indeks Kompas100) yang potential upside-nya masih tinggi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×