kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Indeks dolar bisa makin tertekan jika Biden jadi presiden AS


Selasa, 27 Oktober 2020 / 08:10 WIB
Analis: Indeks dolar bisa makin tertekan jika Biden jadi presiden AS


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bearish indeks dollar AS berpotensi semakin dalam jika calon presiden Joe Biden berhasil melaju ke Gedung Putih. Selain itu, tren bearish indeks dollar AS juga didukung sentimen stimulus yang tengah disiapkan Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan, secara jangka panjang pergerakan indeks dollar AS dalam tren bearish. Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Senin (26/10) indeks dollar AS menghijau ke level US$ 92,94.

"Jika Biden menang, ada potensi indeks dollar AS menyentuh level support di US$ 88. Namun jika Trump terpilih kembali, indeks berpotensi naik ke US$ 96 karena ketidakpastian meningkat," kata Alwi kepada Kontan, Senin (26/10).

Baca Juga: Rupiah spot menguat tipis ke Rp 14.650 per dolar AS pada perdagangan Senin (26/10)

Alwi menjelaskan, hasil polling terakhir menunjukkan bahwa peluang Biden untuk memenangkan pemilihan tahun ini cukup besar. Kondisi tersebut membuka harapan lebar bahwa stimulus AS akan segera digelontorkan dan disertai pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut. 

Sebagaimana diketahui, akibat tekanan pandemi Covid-19 Bank Sentral Amerika Serikat (AS/ The Fed) terus melonggarkan kebijakan moneternya. Bahkan The Fed giat memangkas suku bunga acuannya mendekati level 0% dan telah menggelontorkan puluhan miliar stimulus lebih dulu. 

"Isu stimulus masih akan berlanjut pasca pemilu AS, dan jika Biden menang maka prospek stimulus yang lebih besar kemungkinan terjadi. Itu akan menekan dollar AS," ungkap Alwi. 

Baca Juga: Rupiah menguat tipis pada awal perdagangan Senin (26/10)

Unggulnya Biden dalam polling AS, sekaligus memuluskan rencana stimulus dan memberikan kuasa lebih besar bagi partai demokrat. Apalagi, antusiasme pemilih AS masih cukup besar, berharap negaranya bisa memiliki pemimpin baru di lima tahun ke depan. 

Adapun jika Presiden Donald Trump kembali terpilih ke depan, bakal memberikan sedikit ruang bagi indeks dollar AS rebound sesaat. Itu karena, ketidakpastian bakal meningkat, dengan kemungkinan perang dagang dengan China dan Uni Eriopa masih akan berlanjut. 

Namun, untuk jangka panjang, Alwi memperkirakan indeks dollar AS masih akan tertekan, dengan rentang harga di US$ 88,15 hingga US$ 103,80. Menurutnya, baik Biden ataupun Trump yang menang, stimulus tetap akan digelontorkan untuk menyelamatkan ekonomi AS. Alhasil, hadirnya stimulus bakal menekan indeks dollar AS dan pamornya sebagai safe haven bakal pudar. 

Baca Juga: Rupiah di kurs tengah BI menguat 0,27% ke Rp 14.697 per dolar AS pada Senin (26/10)

Di sisi lain sentimen Covid-19 masih berkembang di AS, bahkan semakin marak. Itu terbukti saat data pekan lalu menunjukkan bahwa AS kembali menembus level penambahan kasus harian hingga 83.000. Kendornya penangan kasus tersebut, sekaligus menimbulkan untrust terhadap pemerintah Donald Trump, disertai data non farm payroll (NFP) yang masih lesu.

"Sell on strength bisa dipilih untuk indeks dollar AS, lantaran tren harga yang bearish dan besarnya peluang Biden terpilih pada Pilpres tahun ini. Jadi siapapun yang menang, trennya tetap bearish," tandasnya.

Selanjutnya: Simak prediksi pergerakan rupiah di pekan ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×