kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Harga minyak dinamis, cermati isu global


Jumat, 12 Januari 2018 / 20:27 WIB
Analis: Harga minyak dinamis, cermati isu global
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak di pasar global sedang bullish. Namun, analis menilai tak menutup kemungkinan terjadi koreksi karena perubahan kebijakan produsen minyak.

Mengutip Bloomberg, Jumat (12/1) pukul 20.17 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Februari 2018 di Nymex diperdagangkan di level US$ 63,19 per barel. Hari sebelumnya, minyak WTI bahkan mencapai level US$ 63,80 per barel, tertinggi sejak 7 Januari 2015.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, kenaikan harga minyak dipengaruhi faktor pasokan dan permintaan. Kesepakatan OPEC untuk membatasi prduksi minyak mengurangi pasokan minyak global. Sementara, permintaan minyak dari Eropa dan Asia stabil.

Melihat perkiraan OPEC masih akan melanjutkan kesepakatan pembatasan produksi minyak hingga akhir 2018, Aditya memperkirakan  harga minyak tahun ini akan bergerak di level resistance US$ 80 per barel dan support US$ 55 per barel. “Kalau target US$ 80 per barel ditembus, resistance bisa mencapai US$ 91 per barel, lalu selanjutnya US$ 100 per barel,” prediksi Aditya, Jumat (12/1).

Meski demikian, Aditya menilai, pergerakan harga minyak terbilang dinamis. Karena itu, ia menyarankan investor yang mengoleksi saham emiten di bisnis migas dan pendukungnya harus terus memantau isu global yang mempengaruhi pergerakan harga minyak.

“Harus dilihat dari kebijakan OPEC, inventori minyak di Amerika Serikat (AS), dan kondisi politik. Kalau kesepakatan OPEC berubah, masih bisa terkoreksi,” ujar Aditya.

Secara umum, kata Aditya, kenaikan harga minyak saat ini memang membawa angin segar bagi emiten yang menjalankan bisnis produksi minyak, dan bisnis jasa terkait produksi minyak. Namun, di sisi lain, kenaikan harga minyak yang terlampau tinggi  berpotensi merugikan emiten-emiten yang biaya produksinya terpengaruh harga minyak. “Penerbangan misalnya, avturnya bisa naik,” ujar Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×