kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Harga komoditas bearish, negara superpower timbun pasokan


Kamis, 23 April 2020 / 04:20 WIB
Analis: Harga komoditas bearish, negara superpower timbun pasokan
ILUSTRASI. Kapal tanker minyak. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan akibat potensi resesi akibat pandemi virus corona masih akan menghantui komoditas energi di tahun ini. Karena itu, penting bagi komoditas energi melakukan pengurangan produksi agar harga tak jatuh terlalu dalam, mengingat permintaan juga sedang berkurang drastis. 

Menurut Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono, jika kondisi tersebut dapat dilakukan maka supply demand diyakini bisa kembali stabil. 

Meskipun begitu, dia mengakui dari sisi harga saat ini masih cenderung melemah karena, permintaan global tengah memburuk kepada hampir semua komoditas.

Baca Juga: Terseret minyak mentah, harga komoditas energi masuk tren bearish

Wahyu menghitung, pergerakan harga minyak mentah akan berada di kisaran US$ 10 hingga US$ 40 per barel. Bahkan, teritori negatif masih memungkinkan untuk kembali terjadi.

Sementara itu, untuk harga batubara diperkirakan bakal bergerak di rentang US$ 30 per ton hingga US$ 70 per ton, di mana level US$ 50 per ton masih menjadi harga gravitasional bagi si hitam. 

Untuk CPO, pergerakan harganya diprediksi berada di kisaran RM 1.700 per ton hingga RM 2.500 per ton, dengan harga gravitasional di level RM 2.200 per ton. Adapun untuk gas alam diprediksi bergerak di level US$ 1,3 per mmbtu hingga US$ 2,1 per mmbtu.

Baca Juga: Harga emas spot berbalik arah menjadi US$ 1.690,08 per ons troi

Murahnya harga beberapa komoditas energi saat ini, dinilai Wahyu jadi momentum yang dimanfaatkan negara superpower seperti China dan Amerika Serikat (AS) untuk melakukan penimbunan pasokan. Apalagi, untuk minyak dan batubara. 

Wahyu juga mencium adanya unsur politik pada pergerakan harga komoditas saat ini, sehingga direspon dengan aksi beli. 

"Untuk CPO tidak terlalu strategis, sehingga semua bergantung kepada solusi ekonomi global dan juga kepada Malaysia dan Indonesia sebagai major produsennya. Ini lebih kepada balancing supply demand nantinya," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×