kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis Garuda Berjangka: Larangan ekspor bijih nikel adalah langkah tepat


Selasa, 29 Oktober 2019 / 18:34 WIB
Analis Garuda Berjangka: Larangan ekspor bijih nikel adalah langkah tepat
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A worker displays nickel ore in a ferronickel smelter owned by state miner Aneka Tambang Tbk at Pomala district, Indonesia, March 30, 2011. REUTERS/Yusuf Ahmad/File Photo


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Yudho Winarto

"Karena itu, saya rasa pemerintah mempercepat ini agar tambang nikel kita aman dan harga jual kita bisa lebih tinggi," tambah Ibrahim.

Baca Juga: Larangan ekspor bijih nikel berlaku per 29 Oktober 2019, begini kata Kementerian ESDM

Ibrahim juga menyampaikan ekspor untuk kontrak antara bulan November hingga Desember tidak akan dihentikan, melainkan akan tetap berlangsung. Sebab, ada perusahaan smelter yang memang sudah tekan kontrak di periode sebelumnya. Sehingga tidak akan ada masalah bagi perusahaan yang sedang tekan kontrak untuk ekspor hingga akhir tahun.

Di sisi lain, Ibrahim menilai percepatan penghentian ekspor ini bisa jadi strategi pem4rintah karena adanya perang dagang. Apalagi saat ini ekspor untuk nikel sedikit dan melemah, serta harganya juga relatif lebih rendah.

"Guna mengangkat harga nikel, pemerintah menghentikan seketika ekspor nikel yang tadinya tahun 2020 menjadi 2019," kata Ibrahim.  Menurutnya, cara yang dipilih pemerintah dapat menjaga harga nikel stabil ke depannya.

Baca Juga: Mulai Hari Ini, 29 Oktober 2019 Ekspor Bijih Nikel distop premium

Sementara itu, mengutip data Bloomberg pada Senin (28/10), harga nikel untuk pengantaran tiga bulan ke depan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 16.640 per metrik ton.

Dengan adanya kebijakan larangan ekspor ini, Ibrahim menilai tahun depan tidak akan ada ekspor nikal. Alhasil, kebijakan itu sangat berpengaruh kepada perusahaan pengekspor nikel.

Namun, ia menilai prospek harga nikel masih akan baik. Sebab, dengan turunnya ekspor dari Indonesia, masih ada negara pengekspor nikel lain, seperti Rusia dan Filipina.

Ibrahim memperkirakan harga nikel sampai akhir tahun ini bisa mencapai kisaran US$ 19.000 per metrik ton. Sementara, tahun depan harga nikel ia perkirakan stabil di rentang US$ 16.000 - US$ 19.000 per metrik ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×