kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Analis: Emiten BUMN lebih baik ada holding


Minggu, 03 Desember 2017 / 20:17 WIB
Analis: Emiten BUMN lebih baik ada holding


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama 11 bulan pertama di tahun 2017, rata-rata emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya mencatat kenaikan harga saham sebesar 0,37%.

Secara sektoral, emiten BUMN perbankan jadi primadona dengan kenaikan harga saham rata-rata 48,96%. Berlawanan, rata-rata emiten BUMN konstruksi catat penurunan harga 79,33%.

Ke depannya, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee melihat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh emiten BUMN. Selain pertumbuhan ekonomi yang diprediksikan membaik, emiten BUMN menurutnya akan semakin menarik dengan adanya holding.

Pasca-holding emiten bisa meminimalisir persaingan. Asset yang besar dalam payung holding juga memberikan fleksibilitas pinjaman guna menjalankan bisnis.

“Jika ada holding, sistem operasional dan finansial perusahaan masih independen. Anggota holding justru bisa bersinergi untuk usaha. Jadi, holding dibuat untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Ada efisiensi dan produk akan semakin variatif,” tambah Riska.

Meski demikian, menurut Kepala Riset Oso Sekuritas Riska Afriani beberapa kebijakan pemerintah masih menjadi tantangan bagi emiten BUMN. Pasalnya, setiap kebijakan yang dikeluarkan akan direspons dengan cepat oleh pelaku pasar.

Selain itu, tahun depan Riska melihat adanya kemungkinan capital outflow yang lebih tinggi. Hal ini terkait rencana Federal Reserve (The Fed) untuk kembali menaikkan suku bunga.

Adapun di tahun depan, Riska dan Hans sepakat bahwa emiten BUMN perbankan masih akan menjadi sektor yang menarik. Di sektor lainnya, Hans menyebut sektor pertambangan terutama batubara akan membaik. “Valuasi emiten pertambangan murah, dan harga komoditas masih cukup tinggi. Ada potensi kenaikan di situ,” tutu Hans.

Sementara itu Riska juga menjagokan konstruksi di tahun depan. Saat ini harga saham konstruksi BUMN telah terdiskon cukup banyak. Riska memprediksikan sektor ini akan rebound jelang tahun politik. Ia yakin pemerintah akan memastikan proyek infrastruktur berjalan lancar berikut pembiayaannya.

Riska menyebut saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI),dan PT PP Tbk (PTPP) sebagai saham prospektif di tahun 2018. Sementara itu, Hans memilih PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×