kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Dikelilingi sentimen positif, pelemahan harga CPO hanya sementara


Senin, 19 Oktober 2020 / 19:13 WIB
Analis: Dikelilingi sentimen positif, pelemahan harga CPO hanya sementara
ILUSTRASI. Pekerja memanen kelapa sawit


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren negatif kembali menyelimuti harga minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) belakangan ini. Setelah sempat menyentuh level RM 3.000 per ton, harga CPO perlahan mengalami koreksi.

Senin (19/10), harga CPO kontrak pengiriman Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivative Exchange sudah berada di level RM 2.772 per ton. Faktor turunnya permintaan CPO dari India menjadi penyebab koreksi harga CPO belakangan ini.

Pada September 2020, impor CPO India tercatat mengalami penurunan 27% secara year on year (yoy) menjadi hanya 643.994 ton.

Baca Juga: Kasus Covid-19 tembus 40 juta, harga minyak mentah kembali tergelincir

Kendati demikian, analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menilai pelemahan saat ini merupakan koreksi yang wajar. Ia berkaca dari pergerakan harga CPO tahun lalu, di mana menjelang akhir tahun, harganya selalu mengalami penguatan.

Sementara dari sisi sentimen dan fundamental, Wahyu melihat kondisi saat ini memang mendukung potensi penguatan ke depan.

“Secara fundamental, memasuki akhir tahun CPO akan menguat seiring masuk musim dingin yang akan membuat minyak dunia dan gas alam menguat dan berdampak pada harga CPO juga. Badai La Nina yang membuat hujan deras dan banjir di Malaysia dan Indonesia berpotensi mengurangi produksi dan menekan supply,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (19/10).

Selain itu,  Wahyu menambahkan, pandemi telah membuat beberapa perusahaan perkebunan kekurangan pekerja. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada produksi CPO yang akan turun.

Wahyu memperkirakan produksi CPO pada tahun ini akan berkisar 19,3 juta - 19,4 juta ton, lebih sedikit dibanding 2019 yang sebesar 19,8 juta ton. Sehingga suplai yang turun ini akan mengimbangi permintaan yang belum sepenuhnya pulih.

Baca Juga: Bertemu nanti malam, OPEC+ bakal bahas pelemahan prospek permintaan minyak

Namun, dengan berbagai sentimen positif, dukungan Federal Reserve yang bisa menekan dolar Amerika Serikat, efek Pilpres Amerika Serikat (AS) yang akan mendukung ekonomi dan bursa saham AS, hingga pemulihan ekonomi yang semakin terbuka seiring vaksin Covid-19 yang mulai jelas, akan mendukung harga CPO.

“Jadi harga CPO masih bisa menguji ke level RM 3.000 per ton pada akhir tahun nanti, walaupun level RM 2800 masih akan menjadi level gravitasional yg siap menarik jika harga terus naik,” tutup Wahyu.

Selanjutnya: Harga CPO koreksi, terseret pelemahan ekonomi India

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×