kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Blue Bird menarik untuk jangka pendek


Senin, 27 Oktober 2014 / 11:18 WIB
Analis: Blue Bird menarik untuk jangka pendek
ILUSTRASI. Produk MinyaKita akan kembali dijual di ritel moderndengan harga Rp 14.000 per liter. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/aww.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Blue Bird telah mengekseksui tahap awal perhelatan initial public offering (IPO). Analis menilai, calon emiten ini memiliki prospek yang menarik, tapi tidak untuk jangka panjang.

Hal ini disampaikan oleh analis KDB Daewoo Securities Betrand Raynaldi, (27/10). Menurutnya, brand taksi Blue Bird dan permintaan akan taksi ini terbilang tinggi. Hal ini membuat Blue Bird merupakan operator taksi terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 33% yang beroperasi di 17 kota di Indonesia.

Besarnya pangsa pasar tersebut membuat para konsumen tidak mengalami kesulitan untuk mencari taksi ini. Sebaliknya, supir taksi Blue Bird juga tidak kesulitan mencari pelanggan lantaran permintaan yang tinggi.

"Jadi, supirnya tidak perlu ugal-ugalan untuk mencapai target setoran harian," ujar Betrand dalam risetnya.

Kenyamanan tersebut telah menjadi alasan lainnya bagi para pengguna jasa taksi untuk tetap memilih taksi BB hingga kini dan mengesampingkan penawaran argo bawah dari operator taksi lainnya.

Perseroan juga memberikan program taksi voucher sebagai bentuk promosi lainnya. Secara keseluruhan, Betrand melihat Blue Bird Group memiliki posisi yang paling siap didalam menangkap potensi pertumbuhan populasi dan peningkatan konsumsi masyarakat sebagai akibat kenaikan pendapatan.

Tapi, prospek positif itu dibatasi oleh sejumlah hal. Pertama, ada potensi perpindahan pelanggan sebagai akibat perkembangan infrastruktur. Hal ini secara logika memang bisa terjadi meski tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Salah satu yang membuat pergeseran penggunaan transportasi itu adalah proyek MRT tahap awal tahun 2018 mendatang.

Kedua, prospek positif Blue Bird juga dibayangi oleh kenaikan harga BBM yang dapat berakibat pada kenaikan tarif taksi. Meski belum diukur secara pasti seberapa besar tekanan tersbut, namun kenaikan BBM diprediksi akan menekan pengguna taksi. Mungkin, hal ini pula yang menjadi pertimbangan calon investor untuk tidak sepenuhnya meminati IPO Blue Bird hingga pada akhirnya mengalami down size.

"Harga penawaran IPO taksi BB telah turun menjadi Rp6.500 per saham, turun dari rentang penawaran awal sebesar Rp. 7.200 hingga Rp 9.300 per saham. Level harga tersebut mencerminkan P/E 17,1 kali hingga 21,1 kali," jelas Betrand.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×