Reporter: Aris Nurjani | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten rokok kembali lakukan penyesuaian kenaikan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) pada produk-produknya. Kebijakan ini dilakukan pasca pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok rata-rata sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024.
Adapun, secara rinci kenaikan untuk golongan Sigaret Kretek Mesin (SKM) rata-rata 11,5% - 11,75%, Sigaret Putih Mesin (SPM) naik rata-rata 11% -12%, dan Sigaret Kretek Pangan (SKP) naik sebesar 5%.
Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya mengatakan emiten rokok masih memiliki prospek yang positif hingga akhir tahun didorong oleh kenaikan harga jual yang tinggi, meskipun volume penjualan berpotensi turun.
Christine melihat terjadi penyesuaian kenaikan harga jual rata-rata atau harga eceran hingga bulan Juni 2023 pada semua merek rokok terutama terjadi pada merek non-tier 1 yaitu pada PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM).
Baca Juga: Menilik Industri Rokok Nasional, Terpukul Kenaikan Cukai
Adapun, harga eceran Dunhill Mild dan Dunhill Fine Cut Filter dari Bentoel meningkat sekitar 0,1% hingga 4% secara month on month (MoM). Selanjutnya, Diplomat dan Diplomat Evo dari Wismilak mengalami kenaikan sebesar 2.2%- 3.0% secara bulanan.
Di sisi lain, Bentoel melakukan penyesuaian kenaikan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) terakhir kali pada bulan Maret 2023. Sedangkan, Wismilak menyesuaikan kenaikan harga eceran terakhir ke mereknya April 2023.
Christine mengatakan penyesuaian harga eceran untuk beberapa merek golongan satu agak ditahan pada bulan Juni 2023, setelah adanya perubahan kebijakan inkremental secara beruntun. Namun, produsen rokok tier-1 masih mencatatkan kenaikan harga walaupun dalam jumlah yang tidak besar.
Sementara, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) telah melakukan penyesuaian harga eceran sekitar 0.2% hingga 2.5% secara bulanan, terutama untuk merek Surya.
Adapun, kenaikan harga untuk merek Surya 16 sekitar 1,4% MoM, Surya PRO 2,4% MoM, dan Surya PRO Mild 2,5% MoM yang sebagian besar berasal dari saluran general trade dan pada bulan lalu kenaikan harga untuk merek yang sama terlihat di saluran modern trade.
Sedangkan, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan kenaikan harga 1%-1.4% MoM pada Juni 2023. Kenaikan harga dari merek Marlboro Ice Burst, A Mild Red, Marlboro Red, dan A Ultra Mild.
Baca Juga: Cermati Prospek Saham GGRM dan HMSP di Tengah Kenaikan Harga Rokok
Christine menyampaikan tidak ada penyesuaian harga ex-factory pada harga pokok penjualan barang dari pabrik penjual oleh emiten rokok di bulan Juni 2023. Sementara, HMSP pada bulan lalu masih menaikkan harga ex-factory khususnya untuk merek Marlboro sekitar 3%.
Sedangkan, GGRM meningkatkan harga ex-factory secara bulanan untuk beberapa merek seperti GG filter international 12s, GG Mild Shiver 12s, GG signature Mild 12s, dan Surya professional 16s masing-masing sebesar 1,1%, 2,4%, 2,4%, 2,9% pada Mei 2023.
Menurut Christine GGRM telah melewati kenaikan cukai 2023. Sehingga diperkirakan bakal mempertahankan harga ex-factory untuk sementara waktu. Sedangkan, HMSP diperkirakan masih akan menaikan harga ex-factory setidaknya 0,7% agar melewati kenaikan tarif cukai 2023.
"Penyesuaian harga jual produk yang tinggi secara agresif, sudah diterapkan perusahaan rokok sejak tahun lalu. Karena itu, ekspansi margin akan tetap utuh sehingga laba bersih akan lebih baik pada tahun ini,” jelasnya dalam risetnya di kutip Minggu, (23/7).
Christine mengatakan tetap mempertahankan pandangan netral terhadap sektor rokok, lantaran ekspektasi volume penjualan yang lebih rendah.
Christine menyarankan beli saham GGRM dengan target harga sebesar Rp 33.000 dan HMSP disarankan hold dengan target harga sebesar Rp 1.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News