Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan penawaran umum perdana saham masih ramai di pertengahan tahun ini. Selain calon emiten yang sedang antre di pipeline, saat ini ada tujuh perusahaan yang tengah menjalani proses Initial Public Offering (IPO).
Satu di antaranya dijadwalkan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (19/6), yakni perusahaan dari Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Selain itu, ada tiga calon emiten yang tengah menggelar penawaran awal (bookbuilding).
Merujuk e-ipo, ketiga emiten yang sedang masuk masa bookbuilding adalah PT Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI), PT Carsurin Tbk (CRSN), dan PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM). Di samping itu, ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang sudah menyelesaikan jadwal book building.
Selanjutnya, ada satu perusahaan yang sedang di tahap penawaran umum (offering), yakni PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF). Terbaru, ada PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) yang sudah masuk antrean dengan status pre-effective.
Baca Juga: Terkait Rencana IPO Pertamina Hulu Energi (PHE), Ini Kata Erick Thohir
Di luar calon emiten yang sudah terdaftar di e-ipo, ada tiga entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikabarkan bersiap IPO. Mereka datang dari entitas usaha plat merah berskala jumbo, yakni Grup Pertamina: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan dari Grup PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yaitu Palm Co dan Sugar Co.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengamati dari sisi sektor industri, sejumlah calon emiten punya prospek menarik. Terutama yang datang dari industri suku cadang otomotif berbasis tenaga listrik, barang baku dari pertambangan tembaga, serta jasa logistik.
Dari sisi skala bisnis dan target perolehan dana, ada dua calon emiten yang menarik perhatian pasar. Yakni AMMN yang mengincar dana segar hingga Rp 12,93 triliun serta VKTR yang menargetkan dana Rp 875 miliar.
Secara valuasi, di antara calon emiten tersebut Praska menyoroti AMMN yang memiliki Price Earning Ratio (PER) masih di bawah 10x dan Price to Book Value (PBV) di kisaran 2x. Praska bilang, valuasi tersebut cukup bersaing dengan emiten utama tambang mineral di sektor basic materials, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Sedangkan untuk entitas BUMN yang bakal IPO, Praska memandang secara industri terbilang prospektif untuk mendukung keberlanjutan kinerja perusahaan. Hanya saja, perlu dicermati lebih lanjut terkait rencana, target, dan valuasi pasar saat menggelar penawaran umum.
Yang pasti, Praska memperkirakan pelaku pasar akan lebih selektif dalam memilih saham IPO, termasuk pada entitas plat merah. Sebab, calon emiten dari BUMN maupun swasta tidak ada jaminan harga saham langsung melejit selepas melantai di BEI.
"Sebelum berinvestasi investor disarankan memilih perusahaan yang punya potensi pertumbuhan stabil dalam jangka panjang, dukungan prospek sektor bisnisnya, di samping mempertimbangkan valuasi pasar saat ini," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (18/6).
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project William Hartanto menambahkan, dengan sektor bisnis yang variatif, investor perlu cermat melihat momentum. Untuk calon emiten yang ada saat ini, VKTR dan AMMN dinilai cukup punya momentum di saat saham-saham pertambangan dan kendaraan listrik mulai menguat pada pekan lalu.
"Tetap perhatikan tujuan IPO, akan lebih bagus jika bukan untuk membayar utang. Lalu berapa saham beredar di masyarakat, jika terlalu banyak akan menghasilkan likuiditas tinggi biasanya kurang menarik," imbuh William.
Dampak ke IHSG
Meski hajatan IPO masih semarak, tapi analis memprediksi dampaknya tidak begitu signifikan untuk mengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain katapitalisasi pasar atau bobot terhadap IHSG tidak terlalu dominan, calon emiten atau emiten baru di tahun ini juga punya sentimen yang beragam sesuai sektor industrinya.
Praska membandingkan saat PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) IPO pada April tahun lalu. Kala itu, GOTO punya bobot yang signifikan bagi IHSG. Tapi di saat yang bersamaan sentimen terhadap sektor teknologi sedang tidak ramah, terutama imbas dari tren lonjakan suku bunga.
Hasilnya, pergerakan saham GOTO saat itu cukup menyetir arah IHSG. "Saat ini pasar cenderung tidak terpengaruh dengan satu IPO besar tertentu. Semua saham dan sektor di bursa sekarang berperan menjadi penggerak indeks," kata Praska.
Sedangkan Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat punya catatan. Dia menyoroti, kualitas IPO lebih penting dibandingkan kuantitasnya. Teguh mengamati, sejak tahun 2018 jumlah IPO memang menjamur, namun rata-rata sahamnya menurun.
Alhasil, saham-saham baru tersebut justru cenderung menjadi beban yang memberatkan laju IHSG. Teguh pun mengingatkan agar pelaku pasar tidak sampai terjebak pada "pom-pom" saham IPO. "Banyak contohnya, ujung-ujungnya turun dan bikin rugi investor," tandas Teguh.
Baca Juga: Waralaba Minuman Teguk (TGUK) Mau IPO, Incar Dana Rp 120 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News