Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) perlahan pulih setelah sempat merosot hingga level US$ 49.000. Dalam sepekan terakhir, Bitcoin telah meningkat sekitar 7,08% ke level US$ 60.919 per Rabu (14/8) pukul 12.45 WIB.
Berdasarkan data Coinmarketcap, kenaikan harga BTC tersebut turut diikuti sejumlah aset kripto lainnya seperti Ethereum yang meningkat 8,58%, XRP 12,37%, serta Toncoin 15,54% selama sepekan.
Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin menilai, peningkatan aset kripto tersebut kemungkinan diakibatkan situasi jenuh jual imbas koreksi yang sebenarnya telah berlangsung sejak 21 Juli lalu, meskipun penurunan signifikan terjadi pada 5 Agustus.
Namun demikian, keberlanjutan dari penguatan ini masih akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi, termasuk situasi ekonomi makro di Amerika Serikat. Data Consumer Price Index (CPI) dan penjualan ritel AS bulan Juli yang akan dirilis pada 14 dan 15 Agustus ini dapat berpotensi mempengaruhi dinamika yang berkembang di pasar,” jelas Fahmi.
Fahmi menjelaskan, situasi ekonomi AS yang menantang, dengan inflasi yang meskipun berada pada tren turun masih relatif cukup jauh dari target The Fed, serta sektor tenaga kerja yang masih resilien meskipun dengan pertumbuhan lapangan kerja yang minim, membuat urgensi untuk melonggarkan kebijakan moneter mungkin menjadi agenda yang kurang mendesak untuk dilakukan saat ini.
Baca Juga: Tengok Penyebab Harga Bitcoin Jatuh ke Bawah US$ 60.000
Sementara, pasar sudah terlanjur berekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed pada September nanti. Situasi ini kemudian menciptakan ketidakpastian lebih menjelang fase transisi kebijakan hawkish AS yang telah dijalankan sejak Februari 2022 lalu untuk mengatasi inflasi yang meningkat pasca pelonggaran guna menstimulasi ekonomi akibat pandemi COVID-19.
“Ketidakpastian tersebut dapat membuat investor cenderung lebih berhati-hati, khususnya dengan instrumen investasi berisiko tinggi seperti aset kripto” kata Fahmi dalam rilis yang dibagikan kepada Kontan.co.id, Rabu (14/8).
Namun perkembangan yang terjadi di sektor alternative coin (altcoin) dalam beberapa pekan terakhir menarik untuk dicermati. Tidak sedikit proyek altcoin yang merilis fitur baru yang menarik atau mulai kembali membukukan peningkatan jumlah transaksi dan pengguna aktif setelah penurunan yang terjadi sebelumnya.
Fahmi melihat, situasi yang ada di ekosistem altcoin saat ini relatif sangat berbeda dengan yang terjadi pada siklus 2018 lalu di mana pengembangan produk yang ada saat ini secara umum sudah memasuki tahap yang relatif lebih matang dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
“Jika aplikasi blockchain selama ini identik dengan aplikasi yang tidak ramah pengguna dan memerlukan pemahaman tertentu untuk dapat menggunakannya, sekarang telah banyak proyek yang berinovasi dengan mengembangkan pendekatan baru untuk membuat akses terhadap aplikasi Web3 tidak jauh berbeda seperti layaknya mengakses aplikasi Web2 yang telah banyak kita gunakan selama ini,” ujar dia.
Di tengah perkembangan positif tersebut, Fahmi mengamati, banyak altcoin khususnya dengan kapitalisasi pasar menengah, yang saat ini sedang terkoreksi signifikan, terlepas dari perkembangan dan inovasi produk yang telah berhasil mereka luncurkan.
Hal ini terjadi sebab para pelaku pasar lebih berfokus pada atensi yang berkembang untuk memilih aset untuk ditransaksikan, sementara atensi yang berkembang terhadap altcoin ketika pasar terkoreksi cenderung minim.
“Ketika situasi mulai berbalik dan atensi terhadap aset kripto secara lebih luas kembali meningkat, perhatian para pelaku pasar terhadap altcoin khususnya di sektor-sektor potensial, berpotensi melonjak seperti pada siklus-siklus pasar kripto sebelumnya,” imbuh Fahmi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Turun dalam Sepekan, Perlambatan Ekonomi AS Jadi Sentimennya
Adapun Reku menyediakan berbagai pilihan altcoin yang menarik yang telah dikurasi, serta fitur staking untuk mendapatkan reward lebih dari kepemilikan altcoin. Reku juga rutin menambahkan koin-koin baru yang potensial di pasar kripto.
Investor pun juga memiliki opsi selain melakukan trading, yaitu dengan melakukan staking. Fitur taking di Reku yang berizin Bappebti memungkinkan investor mengunci aset kripto yang berbasis Proof of Stake (PoS) secara aman dan mudah dengan potensi rewards hingga 12,5% per tahun.
“Pilihan ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang tidak memiliki banyak waktu untuk trading, namun tetap bisa mengoptimalkan prospek positif dari altcoin,” imbuh Fahmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News