Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Equity Research Analyst MNC Sekuritas Rifqi Ramadhan melanjutkan bahwa dana asing memang deras mengalir ke sektor perbankan. Sektor ini dinilai masih tetap menarik untuk dicermati oleh investor.
"Selain menjadi proxy, weight dari perbankan terhadap indeks cukup besar. Berbeda dengan Amerika Serikat yang bobotnya besar pada teknologi. Dimana saat kebijakan moneter diperketat akan berdampak pada penurunan saham berbasis teknologi," jelas Rifqi.
Dalam estimasi full year 2022, perusahaan perbankan akan lebih fokus ke penyaluran kredit, yang mana nantinya akan berdampak baik bagi kinerja bottom line. Belum lagi hal yang menyangkut pembagian dividen.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) misalnya, akan mengalokasikan 85% dari perolehan laba bersih konsolidasi tahun 2021 sebagai dividen. Total dividen tunai yang akan diberikan kepada pemegang saham mencapai Rp 26,4 triliun.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Masih Akan Jadi Pemberat IHSG
"Pada umumnya asing akan mencari emiten yang berfundamental solid dan pengelolaan asset bagus. Tujuannya mostly untuk berburu dividen," ujar Rifqi.
Di sisi lain, derasnya dana asing yang masuk pe pasar saham Indonesia tak lepas dari proyeksi terkait nilai dan pertumbuhan bursa. Indeks di bursa Amerika Serikat, misalnya, sudah naik cukup signifikan hampir 30% pada tahun lalu. Sedangkan IHSG baru naik 10%.
"Saat market di Amerika Serikat mengalami overvalued secara valuasi, maka akan terjadi lagging, jadi wajar kalau asing mulai masuk ke Indonesia. Belum lagi Moody memberikan outlook stable," tandas Rifqi.
Risiko Jangka Panjang
Meski begitu, patut dicermati risiko jangka panjang dari meroketnya harga komoditas serta imbas dari konflik Rusia-Ukraina. Dalam jangka pendek, Dennies Christoper juga melihat hal ini bisa mendorong IHSG, terutama untuk sektor energi.