Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Noverius Laoli
Sandra memegang prinsip investasi sederhana namun kokoh, yaitu kehati-hatian dan konsistensi. Ia lebih memilih instrumen yang jelas, dapat dipantau, dan tahan terhadap gejolak ekonomi.
"Bagi saya, investasi bukan soal cepat kaya, tetapi bagaimana menyiapkan masa depan dengan lebih aman dan tenang," ujarnya.
Sandra menuturkan bahwa kekuatan konsistensi terbukti saat ia menghadapi kebutuhan mendesak.
Kebiasaan membeli emas secara bertahap yang awalnya terasa tidak berarti, justru menjadi penyelamat ketika sebagian emas tersebut dapat dijual dengan harga lebih tinggi dibanding harga beli.
Baca Juga: Investasi Emas Digital Semakin Digandrungi, Transaksi Capai Rp 41,3 Triliun pada 2024
"Kesabaran itu penting. Emas benar-benar bisa menjadi penyelamat di saat-saat genting," ungkapnya.
Di tengah maraknya tren investasi dalam koleksi jam tangan, tas mewah, atau sneakers edisi terbatas, Sandra memilih tetap berpegang pada prinsipnya.
Ia tidak menganggap barang-barang tersebut sebagai instrumen investasi, melainkan sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
"Saya membeli beberapa barang itu sebagai reward atas kerja keras saya, bukan sebagai investasi," jelasnya.
Baca Juga: Ekonom Beberkan Risiko Investasi Emas di Kondisi Ekonomi yang Tak Stabil
Melihat semakin besarnya minat masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap investasi, Sandra menyarankan untuk memulai dari instrumen yang sederhana. Menurutnya, emas adalah pilihan ideal bagi investor pemula karena mudah dipahami, likuid, dan nilai pertumbuhannya stabil.
"Bahkan saat ini sudah tersedia layanan mencicil untuk memiliki emas. Anggap saja seperti menabung," tutupnya.
Selanjutnya: Membaca Peluang para Konglomerat Indonesia Pindahkan Aset ke Luar Negeri
Menarik Dibaca: Institut Teknologi PLN (ITPLN) Kerjasama dengan Mayora, Salah Satunya untuk Rekrutmen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News