kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Alasan dibalik perubahan penggunaan dana IPO SRIL


Selasa, 12 Agustus 2014 / 13:32 WIB
Alasan dibalik perubahan penggunaan dana IPO SRIL
ILUSTRASI. Promo PegiPegi Gajian 27 Feb - 5 Mar 2023, Diskon Tiket Bus & Travel Rp 75.000


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Semula, dana hasil initial public offering (IPO) PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) akan banyak digunakan untuk penambahan kapasitas pabrik pemintalan. Namun, manajemen justru mengubah rencana penggunaan dana tersebut untuk mengakusisi PT Sinar Pantja Djaja (SPD).

Langkah ekspansi anorganik ini sepertinya tepat. Sebab, kinerja SRIL paruh pertama tahun ini banyak ditopang oleh hasil penjualan divisi benang. Nah, di dalam divisi tersebut, hasil penjualannya juga disokong oleh hasil penjualan SPD yang sebelumnya merupakan usaha PT Kapas Agung Abadi tersebut.

Welly Salam, Corporate Secretary SRIL dalam laporan resminya menjelaskan, penjualan divisi benang SRIL semester I/2014 tercatat sebesar Rp 1,68 triliun, naik 42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari angka penjualan itu, sebesar 30% atau setara Rp 506 miliar merupakan hasil penjualan SPD.

"Hal ini karena SPD telah memiliki mesin-mesin yang relatif baru dengan teknologi terkini serta banyaknya pelanggan yang telah terbentuk dan tersebar baik domestik maupun internasional," jelas Welly.

Sedikit kilas balik, SRIL meraup dana segar Rp 1,29 triliun melalui perhelatan IPO. Tadinya, manajemen akan mengalokasikan Rp 723,06 miliar untuk ekspansi pabrik pemintalan (spinning).

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) untuk mengubah alokasi penggunaan dana hasil initial public offering (IPO) sepertinya tepat. Sisanya digunakan untuk ekspansi pabrik konveksi dan memenuhi kebutuhan modal kerja.

SRIL bahkan sudah menargetkan bisa menambah kapasitas pabrik pemintalan sebanyak 287.000 mata pintal. Masa konstruksi ekspansi pabrik diperkirakan paling cepat satu tahun.

Tapi, SRIL mengurangi ekspansi produksi pabrik pemintalan menjadi hanya 210.000 mata pintal. Ini terkait dengan tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). "Pembelian mata pintal dan mesin terkait dengan pabrik menggunakan dollar AS, sehingga akan membebani kegiatan investasi," imbuh Iwan Setiawan, Direktur Utama SRIL pada kesempatan sebelumnya.

Atas dasar pertimbangan itulah, SRIL lebih memilih untuk mengakuisisi SPD, perusahaan pemintalan yang sudah beroperasi. SRIL menilai, strategi ini lebih menguntungkan dilihat dari beberapa segi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×