Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen dan perdagangan keramik PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) berencana menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan melepas sebanyak-banyaknya 3,86 miliar saham pada pertengahan bulan November 2018.
Dalam prospektus yang dipublikasikan Senin (3/9), IKAI akan melakukan rights issue dalam skema Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) dengan harga penawaran Rp 120 per saham. Dengan harga penawaran tersebut, maka Intikeramik Alamasri berpotensi mengantongi dana segar sebesar Rp 463 miliar.
Menurut Sekretaris Perusahaan IKAI Winda Yohana Marieska, saat ini pihaknya masih menunggu konfirmasi dari pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Sesuai dengan agenda yang telah kami rancang, bila pihak OJK telah memberikan konfirmasi, maka perkiraan di pertengahan November akan dilakukan aksi korporasi berbentuk HMETD," kata dia, Jumat (7/9).
Winda bilang tujuan transaksi tersebut untuk memperkuat struktur permodalan dan juga untuk ekspansi bisnis dengan menambah portofolio anak perusahaan. Lewat langkah ini, IKAI berharap bisa mencatat pendapatan berkelanjutan bagi perseroan untuk menghadapi tantangan kondisi ekonomi.
Berdasarkan keterbukaan informasi pada lama Bursa Efek Indonesia (BEI), Dana tersebut nantinya akan digunakan perseroan untuk beberapa keperluan.
Pertama, sekitar 9% akan digunakan untuk mengakuisisi PT Saka Mitra Sejati dengan cara melakukan pembelian 875 saham, atau 70% darimodal ditempatkan dan disetor penuh Saka Mitra Sejati dari para pemegang sahamnya.
Kedua, sekitar 12% dana PUT II akan digunakan untuk mengakuisisi PT Hotel Properti Internasional dengan membeli 35.640 saham atau 99% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan dari pemegang sahamnya.
Ketiga, sekitar 79% akan digunakan perseroan untuk modal kerja perusahaan dan entitas anak di masa depan seperti biaya renovasi, pengembangan usaha, dan biaya operasional. Pemberian modal kerja pada entitas anak akan dilakukan melalui pinjaman dan penyertaan modal dari IKAI.
Selain itu, Winda juga menyinggung bahwa sesuai perhitungan perencanaan finansial perusahaan, IKAI menargetkan Jumlah laba
komprehensif periode berjalan di tahun ini sekitar Rp 129 miliar atau naik 99% dari akhir tahun 2017.
"Kami juga berharap dalam transaksi ini kami akan memperoleh peningkatan pendapatan dan margin laba. Selain itu, dengan bertambahnya lini usaha dengan segmen usaha yang berbeda akan memberikan hasil yang maksimal yakni mampu meningkatkan investasi aset yang berkualitas, meningkatkan portofolio bisnis perhotelan," kata Winda.
Winda juga berharap aksi korporasi tersebut mampu menghasilkan sinergi yang berdampak positif terhadap kinerja yaitu lewat penambahan properti, sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu meningkatkan efisiensi biaya pada operasi bisnis dan properti IKAI.
Lebih lanjut, Winda bilang sesuai telaah dari data historik selama empat tahun terakhir, average occupancy rate (AOR) industri perhotelan Indonesia berkisar pada angka 60%-68%, dimana pada kurun waktu yang sama, occupancy rate global menyentuh angka 65%.
"Hal tersebut yang menyebabkan kami menjajaki Industri perhotelan, di mana saat ini industri tersebut cukup prospektif juga ditambah dengan adanya peningkatan infrastruktur oleh pemerintah dan promosi obyek-obyek wisata lokal," imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa peluang lain yang juga muncul dari industri perhotelan adalah tren perkembangan teknologi yang semakin intensif. Dalam era digital ini, aktivitas pengguna media sosial menjadi sangat umum dan menjadi peluang bagi industri perhotelan untuk mendapatkan keuntungan tambahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News