kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi profit taking bikin harga batubara keok ke bawah US$ 90 per ton lagi


Rabu, 03 Februari 2021 / 22:31 WIB
Aksi profit taking bikin harga batubara keok ke bawah US$ 90 per ton lagi
ILUSTRASI. Harga batubara melemah


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi profit taking atau ambil untung pada harga batubara diprediksi hanya sementara. Sempat menyentuh level tertingginya di level US$ 91 per ton di pekan lalu, harga batubara mulai melemah sejak pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Rabu (3/2) pukul 22.00 WIB, harga batubara melemah 1,76% ke level US$ 83,5 per ton. 

Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, harga batubara yang bertahan di area US$ 80 per ton pasca aksi profit taking merupakan fenomena wajar. 

Dia bilang, koreksi harga batubara dalam dua hari juga terjadi lantaran melorotnya harga batubara di China.

"Walaupun harga batubara China anjlok, prospek ke depan masih menguat seiring dengan meningkatnya permintaan yang masih tinggi," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (3/2).

Nanang juga tidak menampik, ke depan harga batubara masih bisa koreksi  di tengah upaya Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk mencari alternatif energi baru yang ramah lingkungan. Ditambah lagi, Presiden AS Joe Biden juga mendorong kebijakan untuk penggunaan energi ramah lingkungan.

Jangka pendek, harga batubara masih akan bergerak di rentang suport US$ 72 per ton hingga US$ 76 per ton. Adapun untuk rentang resisten berada di level US$ 88 per ton hingga US$ 90 per ton. 

Baca Juga: ICP Januari naik jadi US$ 53,17 per barel terdorong pemotongan produksi OPEC

"Ke depan, potensi harga untuk bergerak di atas US$ 100 per ton masih bs terjadi, seperti pernah ditembus di 2009 dan 2016 lalu," ungkapnya. 

Harapannya, China sebagai konsumen terbesar batubara dunia masih akan menopang permintaan tahun ini. Apalagi, Nanang memandang prospek pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu bakal berlangsung lebih cepat dibandingkan negara lain.

Selain itu, pelaku pasar juga cenderung masih skeptis terhadap program vaksinasi pandemi Covid-19, dimana uji klinis belum menunjukkan kepastian. Alhasil sikap pasar global ke depan masih akan berfluktuasi. 

Meskipun pergerakan batubara tidak melulu berkorelasi dengan komoditas lainnya seperti minyak dan emas, Nanang memandang tren harga batubara masih akan menanjak perlahan tapi pasti. Apalagi, musim dingin yang tengah melanda beberapa negara saat ini juga ikut menopang prospek kenaikan harga batubara ke depan. 

"Potensi harga batubara yang ada akan mengejar level high di US$ 100 per ton. Kalau berlanjut, maka level tertinggi dalam lima tahun terakhir bisa ditembus," tandasnya.

Selanjutnya: Koin dinar dan dirham produksi Antam tidak ditujukan sebagai alat tukar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×