Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah sepekan aksi jual oleh investor asing masih terjadi. Perdagangan hari ini mencatatkan net foreign sell sebesar Rp 219.82 miliar. Sementara itu, selama sepekan net foreign sell sebesar Rp 2,67 triliun.
Berdasar data RTI Business, dalam sepekan ini ada 10 saham yang dilepas oleh asing, seperti TLKM, SCMA, BMRI, BBRI, BBCA, BBNI, ASII, UNVR, HMSP, dan CPIN.
Baca Juga: Sampai kapan investor asing terus menjual saham mereka? Simak penjelasan analis
Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menjadi yang paling banyak di lepas dalam sepekan. TLKM mencatatkan net sell asing sebesar Rp 537,2 miliar.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, aksi jual asing ini merupakan dampak dari sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang memakan waktu terlalu lama.
Pasar pesimis kedua negara itu akan mencapai suatu kesepakatan pada tahun ini.
Baca Juga: Saham-saham yang diobral asing ini menarik dikoleksi, berikut rinciannya
Di tengah perekonomian yang melemah, perekonomian Amerika justu membaik. Nico menambahkan, Gross Domestic Bruto (GDP) Amerika Serikat justru meningkat 2,1%, hal ini menunjukkan investasi di Amerika Serikat lebih baik.
Kalau dilihat dari tingkat risikonya, malah jauh lebih aman. " Jadinya kalau dilihat capital asing yang terus melakukan capital outflow, mungkin kedua hal tersebut menjadi salah satu faktor," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (29/11).
Di samping itu, Nico melihat kondisi pasar domestik sesungguhnya jadi faktor lain. akan tetapi sejauh ini, Nico masih optimistis terhadap pasar domestik sebab cukup kuat menghadapi kondisi saat ini.
Baca Juga: IHSG ditutup rebound 0,99% ke 6.011,83, akhiri penurunan enam hari beruntun
Terbukti dari indeks di bawah 6.000 tetapi masih bisa bertahan, lanjutnya.
Aksi jual oleh investor asing ini akan terus berlangsung selama kedua negara itu tidak kunjung menemui titik terang. Nico juga melihat, kesepakatan antara kedua negara tersebut walau kecil saja bisa menjadi tolok ukur perekonomian tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News