Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Pergerakan harga emas diprediksi akan mencatatkan penurunan untuk kali pertama dalam empat hari terakhir. Pasalnya, lonjakan harga emas ke level tertinggi dalam tiga pekan memicu aksi jual investor.
Pada pukul 12.50 waktu Singapura, harga emas di pasar spot tak banyak mencatatkan perubahan di posisi US$ 1.616,32 per troy ounce. Pada transaksi sebelumnya, harga emas sempat turun sebesar 0,2%. Kemarin (26/7), harga emas sempat melonjak ke posisi US$ 1.622 per troy ounce, level tertinggi sejak 5 Juli lalu.
Jika dihitung, sepanjang pekan ini, harga emas sudah menanjak 2%, kenaikan mingguan terbesar sejak periode yang berakhir 15 Juni lalu. Pemicunya, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi berkomitmen menjaga euro. Selain itu, pasar juga berspekulasi, perbankan Eropa akan mendapatkan lisensi atas dana penyelamatan dengan tujuan membantu meredakan krisis di kawasan tersebut.
Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran Desember tak banyak berubah di posisi US$ 1.619,90 per troy ounce di Comex, New York.
Hasil survei Bloomberg menunjukkan, 15 dari 30 trader dan analis memprediksi harga emas akan mencatatkan kenaikan pada pekan depan. Sedangkan enam analis lainnya memilih netral.
Jonathan Barratt, Chief Executive Officer Barratt's Bulletin di Sydney menilai, meski lambat, saat ini lingkungan mulai mengalami perubahan. "Kita melihat adanya peluang penguatan pada euro dan ada pula prospek stimulus tambahan di AS. Dengan kondisi itu, jumlah uang yang akan dicetak semakin banyak. Sebagai hasil dari itu semua, saya pikir emas akan kembali diburu," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News