Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Tendi Mahadi
Pertama, isu lingkungan dan emisi karbon yang diterapkan oleh Uni Eropa terhadap produk batubara akan menjadi sentimen lain yang menekan harga batubara.
Analis S&P Global Platts dan Capital Economics bahkan memperkirakan harga batubara akan menyentuh di bawah US$ 50 per metrik ton paling rendah dalam empat tahun. “Kebijakan energi terbarukan dari Eropa akan mengurangi permintaan batubara di Benua Biru,” jelasnya.
Baca Juga: Kembangkan alih teknologi tambang batubara, Kementerian ESDM gandeng Jepang
Kedua, peralihan energi menjadi energi terbarukan di masa depan. Ke depannya, akan lebih banyak negara yang mulai beralih ke pembangkit listrik tenaga angin, air, dan nuklir untuk menggantikan posisi batubara sebagai pembangkit listrik. Bahkan beberapa negara di Eropa sudah tidak menggunakan batubara sebagai bahan baku pembangkit listriknya.
Ketiga, Melimpahnya gas alam yang dapat menjadi produk substitusi untuk batubara. Pasokan gas alam akan semakin melimpah tatkala perjanjian antara Rusia dan Ukraina untuk membangun pipa gas alam ke Eropa diproyeksikan rampung tahun ini.
Melihat banyaknya sentimen yang membayangi harga batubara membuat Wahyu memproyeksikan harga batubara hingga akhir tahun dapat menyentuh level US$ 40 per metrik ton. Sedangkan Ibrahim memproyeksikan harga batubara dapat mencapai di bawah level US$ 60 dengan level tertinggi US$ 70 per metrik ton hingga akhir tahun.
Baca Juga: Wajib kapal nasional untuk ekspor batubara, ini kata INSA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News