Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Kun Wahyu Winasis | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penantian panjang PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (UNSP) untuk memiliki aset PT Domba Mas berakhir sudah. Pada Jumat (22/10) pekan lalu, anak usaha Grup Bakrie ini telah menandatangani perjanjian akuisisi dengan Bank Mandiri, kreditur Domba Mas.
"Kredit bermasalah Domba Mas yang menjadi debitur Bank Mandiri dapat diselesaikan seluruhnya dalam satu paket,” kata Thomas Arifin, Direktur Treasury, Financial Institutions dan Special Asset Management Bank Mandiri.
Thomas menuturkan, sesuai kesepakatan, UNSP sebagai investor akan mengambil alih utang Domba Mas dengan penyelesaian kredit yang berjangka waktu 18 bulan sampai 7 tahun dengan bunga komersial.
Saat ini total utang Domba Mas, perusahaan yang dulu milik Sutanto Lim, pengusaha asal Sumatra Utara, ini memiliki kredit macet sebesar US$ 180 juta. "Kami berterima kasih kepada UNSP yang telah memenuhi seluruh komitmen yang telah disepakati," kata Thomas.
Kredit bermasalah Domba Mas sejatinya sudah mulai muncul sejak 2005. Grup usaha yang terdiri dari tiga unit usaha ini, yaitu oleokimia, pabrik kacamata dan properti, memiliki kredit sebesar US$ 320 juta. Sebagian besar kredit tersebut dikucurkan saat E.C.W. Neloe masih menjadi nahkoda di bank terbesar dari segi aset ini.
Pada 2007, kredit ini sempat akan dilunasi, menyusul masuknya Procter & Gamble (P&G) Chemicals yang akan membeli oleochemical produksi Domba Mas senilai US$ 1,8 miliar. Tapi entah kenapa, pelunasan kredit Domba Mas itu tak pernah bisa dilakukan, sampai akhirnya, pekan lalu UNSP menjadi pemilik baru.
Direktur Utama UNSP Ambono Janurianto mengatakan, penyelesaian transaksi Domba Mas sesuai dengan komitmen perusahaan yang sebelumnya telah diumumkan dalam prospektus penerbitan saham baru (rights issue). "Transaksi ini adalah janji manajemen kepada pemegang saham saat rights issue lalu," katanya.
Dalam rights issue Februari 2010, UNSP mengantongi dana senilai Rp 4,9 triliun. Dari jumlah itu, perusahaan ini sudah membayarkan sebesar Rp 900 miliar sebagai uang muka pembelian aset oleokimia Domba Mas.
Kontrak oleokimia
Analis AM Capital Janson Nasrial berpendapat, akuisisi Dombas Mas tidak serta merta akan berdampak positif pada UNSP. Ia beralasan, dengan akuisisi itu, beban utang UNSP akan semakin membengkak. Janson menambahkan, margin keuntungan dari bisnis oleokimia maksimal 5%. "Margin laba oleokimia Domba Mas hanya berkisar 3%-4%," katanya.
Itu sebabnya, Janson menyarankan para investor saham menjauh dulu dari saham UNSP. Namun, Janson juga bilang, harga wajar saham ini sesungguhnya Rp 450 per saham. Sementara di akhir pekan lalu (22/10), harga saham UNSP masih diskon di harga Rp 400 per saham.
Kepada KONTAN, Ambono pernah mengatakan, pihaknya sudah melakukan restrukturisasi terhadap nilai kontrak dengan P&G. Sebelumnya, nilai kontrak penjualan olekimia dengan P&G hanya US$ 860 per ton, dengan kisaran harga crude palm oil (CPO) US$ 360 per ton. Harga ini fixed selama masa kontrak 5 tahun.
Berdasarkan kesepakatan dengan P&G, UNSP bisa merestrukturisasi kontrak sesuai harga pasar. "Jadi saat harga CPO naik, UNSP bisa menaikkan harga jualnya. Sebaliknya, ketika harga CPO turun, nilai kontrak juga menyusut. Nilai kontraknya bisa dua kali lipat dibanding yang lama," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News