kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

AISA bantah gagal bayar


Rabu, 20 Januari 2016 / 21:05 WIB
AISA bantah gagal bayar


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) longsor tajam dalam dua hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan Rabu (20/1), saham AISA hampir menyentuh batas auto reject kiri, atau turun hingga 9,22% ke level Rp 935 per saham.

Pada hari sebelumnya, Selasa (19/1), saham AISA juga anjlok 9,25%. Turunnya saham AISA akibat hembusan rumor yang mengatakan jika perusahaan konsumer ini tengah kesulitan likuiditas karena anak usahanya, PT Golden Plantation Tbk (GOLL) gagal bayar utang alias default.

Rumor yang beredar juga menyebutkan ada penurunan valuasi besar-besaran terhadap saham AISA yang membuat investor besar kabur. Direktur Keuangan AISA, Sjambiri Lioe membantah kabar default anak usahanya.

Ia mengatakan, tahun ini tidak ada utang besar yang akan jatuh tempo. Dari laporan keuangan GOLL Kuartal III 2015, perseroan memiliki liabilitas jangka pendek sebesar Rp 118,19 miliar. Sementara liabilitas jangka panjang sebesar Rp 1,1 triliun. Utang bank yang jatuh tempo dalam waktu setahun pun hanya sebesar Rp 3 miliar. Jumlah aset GOLL masih sebesar Rp 2,1 triliun.

"Masih lama waktu jatuh tempo utangnya, tidak ada default. Silakan tanya pada perbankan bersangkutan," ujar Sjambiri kepada KONTAN, Rabu (20/1).

AISA memang akan mendivestasi sebagian saham anak usaha di bidang perkebunan itu. Divestasi itu akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, AISA akan melepas sekitar 35% sampai 40%.

Sehingga emiten perkebunan tersebut tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan AISA. "Nilai aset kebunnya jauh lebih besar dari utangnya sendiri. Divestasi GOLL tidak merugikan AISA," imbuh Sjambiri.

Ia mengatakan akan memberi keterbukaan informasi lebih lanjut kepada pemegang saham mengenai rumor tersebut.

Sjambiri menambahkan, kontribusi GOLL terhadap AISA sangat kecil, kurang dari 10%. Bahkan kontribusi GOLL ke laba AISA hanya di bawah 2%. AISA mendivestasi GOLL agar utang anak usahanya itu tidak memberatkan kinerja AISA.

Di sisi lain, AISA masih terus melakukan ekspansi. Sjambiri yakin pendapatannya bisa bertumbuh dua digit pada tahun ini. Perseroan akan meneruskan ekspansi perluasan kapasitas pabrik yang sudah hampir penuh.

"Penjualan kami justru sedang meningkat dan kapasitas pabrik juga sudah penuh. Kami masih fokus di bisnis beras dan makanan ringan," ujarnya.

Sjambiri mengklaim, belum satu bulan ini, produk "Mie Kremes" sudah mencapai pendapatan sebesar Rp 35 miliar, produk "Bihunku" mencapai pendapatan Rp 107 miliar, dan "Taro" sudah menyentuh Rp 70 miliar.

Pengamat Pasar Modal, Teguh Hidayat mengatakan, penurunan saham AISA tidak wajar. Saham AISA memang sedang dalam tren pelemahan sejak beberapa waktu lalu. Hal ini lebih disebabkan kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih memerah terus menyeret saham-saham lapis dua.

Ia menuturkan, masih banyak saham lainnya yang turun lebih dalam dari AISA. Namun, karena ada rumor, saham AISA menjadi perhatian investor.

Sehingga, Teguh menilai, AISA mendapat hantaman dari dua sentimen. "Pertama adalah dari situasi pasar yang memang tengah turun, dan kedua karena dihajar rumor," ujarnya.

Teguh meragukan rumor terhadap saham AISA. Pasalnya, ekuitas AISA masih kuat untuk membayar kembali utangnya ataupun utang anak usaha. Divestasi GOLL juga tidak merugikan perseroan. Namun memang, prospek AISA menurun akibat mengakuisisi GOLL di waktu yang salah.

"Investasi terbesar AISA bukan di bisnis perkebunan kelapa sawit. Namun, masih di bisnis beras dan makanan ringan. Sehingga rumor ini terlalu dibesar-besarkan," imbuhnya. Dari sudut pandang investor, harga AISA sudah sangat murah. Pasalnya, dari sisi kinerja, AISA tidak mengalami masalah signifikan.

Namun, karena harganya sudah turun banyak, saham AISA akan sulit berbalik di tengah penurunan IHSG. Teguh memprediksi saham AISA bisa bullish jika IHSG sudah kembali ke level 4.500.

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Koorindo Securities mengatakan, investor yang masih percaya fundamental AISA lebih baik wait and see dahulu. Begitu mulai ada volume beli, bisa mulai dimanfaatkan buy on weakness. Jika AISA terbukti tidak mengalami masalah keuangan, untuk jangka panjang, saham AISA bisa kembali ke level Rp 1.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×