kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.194   6,00   0,04%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ada potensi teparing, emas tersungkur di tahun ini


Selasa, 05 Oktober 2021 / 07:20 WIB
Ada potensi teparing, emas tersungkur di tahun ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kilau emas memudar di tahun ini. Padahal di tahun lalu, kinerjanya melambung hingga memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa, di tahun ini, harga emas cenderung koreksi.

Berada di level US$ 1.898 per ons troi pada akhir tahun lalu, kini harga emas spot sudah tergelincir ke level US$ 1.759 per ons troi. Artinya, secara year to date, harga emas koreksi 7,32%.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, rantai pasokan dunia yang belum seimbang menyebabkan kenaikan harga pada berbagai komoditas. Jadi, walaupun inflasi naik, banyak pihak yang melihat bahwa inflasi yang naik ini hanya bersifat sementara.

Sutopo menyebut, pasar menangkap pesan ini, bahwa memang inflasi lagi menguat sehingga kemungkinan besar logam mulia dan metal industri mulai beranjak naik. Meskipun, beberapa bank sentral sudah melakukan pengetatan kebijakan moneter, nyatanya The Fed justru masih tarik ulur atas proses ini.

Baca Juga: Harga emas mendekati level tertinggi 2 pekan ke level US$1.764,6

“Ini menandakan ketidakpastian, dan kewaspadaan moneter. Sehingga kebimbangan ini menciptakan pasar yang beragam dan emas kurang diuntungkan dengan kondisi saat ini,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (4/10).

Menurutnya, saat ini safe haven yang jadi incaran para pelaku pasar adalah dolar Amerika Serikat (AS) yang bersifat jauh lebih likuid. Apalagi, dengan potensi pengurangan stimulus atau tapering secara bertahap yang dikatakan akan selesai di pertengahan tahun depan akan memicu potensi kenaikan suku bunga yang akan menguntungkan dollar.

Oleh karena itu, Sutopo menyebut akhirnya emas akan mengalami deflasi nilainya. Walau begitu, ia juga melihat dengan proses yang terjadi saat ini masih bersifat tarik-ulur. Hal ini juga diperkuat dengan ketimpangan data ekonomi yang beragam sehingga tidak akan membuat pengetatan kebijakan moneter berjalan cepat.

“Sehingga fluktuasi harga masih sangat mungkin terjadi sampai awal tahun depan. Emas mungkin masih akan menguat hingga akhir tahun untuk kembali ke harga spot US$ 1.800 atau US$ 1.850 per ons troi,” tutup Sutopo.

Selanjutnya: Mengintip peluang window dressing pada tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×