Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi surat utang (obligasi) korporasi diprediksi masih banyak diminati oleh sejumlah investor di semester kedua 2024, dengan pertimbangan potensi penurunan yield yang disebabkan peluang Fed AS dan Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga.
"Ditambah, level yield saat ini sudah sangat menarik untuk masuk ke instrumen obligasi. Jadi saya kira obligasi korporasi masih memiliki prospek yang cukup baik di semester kedua 2024, dan hingga akhir tahun ini," kata Head of Investment Fixed Income Maybank Asset Management, Zaki Aulia, kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Zaki mengatakan, selain mendapatkan potensi penurunan yield, obligasi korporasi juga memberikan kupon dan yield yang relatif lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah, dengan volatilitas harga yang lebih rendah.
Baca Juga: Suku Bunga Tinggi, Emiten Ramai Terbitkan Obligasi & Jaring Dana dari Pasar Modal
Dia menjelaskan, untuk gambaran kuponnya, obligasi korporasi dengan rating AAA memberikan kupon di kisaran 6,5% - 6,8% untuk tenor 1 tahun, lalu kupon dikisaran 6,9% - 7,2% untuk tenor 3 tahun dan 7,1 - 7,4% untuk tenor 5 tahun. Sedangkan untuk obligasi dengan rating lebih rendah, cenderung memberikan kupon yang lebih tinggi.
"Selain itu, selama semester I-2024, kinerja obligasi korporasi masih positif, dan kami yakin masih akan berlanjut di semester II-2024," kata dia.
Sementara itu, Direktur Batavia Prosperindo Asset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan di tengah era suku bunga tinggi seperti saat ini, tentunya kelas aset obligasi menawarkan tingkat yield yang lebih tinggi dibanding biasanya, tidak terlepas obligasi korporasi yang memiliki risk premium diatas obligasi pemerintah. Sehingga masih banyak investor yang melirik atau minat terhadap investasi ini.
Dia menilai, kupon juga akan tetap tinggi atau stay elevated selama rencana penurunan suku bunga belum dipotong.
"Jadi saya rasa di era suku bunga yang masih tinggi seperti saat ini, wajar obligasi masih mendapatkan perhatian lebih," kata Eri kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Selain itu, Eri menuturkan bahwa obligasi korporasi juga memiliki potensi penguatan harga ke depannya, apabila suku bunga sudah diturunkan oleh the Fed yang seharusnya juga akan diikuti oleh BI. Meskipun, dia memprediksi akan ada sebagian investor yang beralih ke instrumen investasi lainnya.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Meningkat 33,29% di Semester I 2024
"Akan tetapi, sebagai instrumen yang membagikan kupon, obligasi akan tetap diminati oleh investor dan selalu ada peminatnya," kata dia.
Lebih lanjut, Eri menegaskan bahwa para investor harus tetap berwaspada karena likuiditas obligasi korporasi tidak merata, selain itu sektor dan peringkat juga memainkan peran penting dalam pemilihan obligasi korporasi. Sehingga investor perlu bijak memilih obligasi korporasi yang sesuai dengan profil risiko dan perencanaan keuangan masing masing.
"Menurut saya, berinvestasi lewat reksadana bisa jadi salah satu alternatif yang membantu," imbuhnya.
Di sisi lain, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 90 triliun di semester II 2024. Penyokong utama emisi surat utang korporasi ini adalah surat utang jatuh tempo yang mencapai Rp 85,01 triliun di semester kedua ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News