kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada peluang ekspansi pasar, saham kosmetik belum tentu cantik


Minggu, 09 September 2018 / 21:46 WIB
Ada peluang ekspansi pasar, saham kosmetik belum tentu cantik
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Barang-barang kecantikan kosmetik masuk ke dalam salah satu jenis komoditas yang mendapatkan kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) impor atau PPh pasal 22 dari 2,5% menjadi 10%. Tentu saja aturan ini menjadi angin segar bagi para produsen komestik lokal.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, aturan ini akan berdampak positif bagi emiten kosmetik, karena akan mengurangi persaingan. “Berpotensi meningkatkan permintaan produk lokal yang selama ini tertutup oleh kedatangan produk impor,” kata William, minggu (9/9)

Dari aturan ini, emiten sektor industri dasar akan paling diuntungkan. Dengan kenaikan PPh impor, produk dalam negeri akan lebih dicari dan akhirnya harga jual perlahan akan naik. William merekomendasikan saham MRAT, MBTO, dan KINO dengan target secara urutan Rp 200, Rp 170 dan Rp 1.700 untuk satu bulan ke depan.

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi menuturkan, proyeksi emiten-emiten kosmetik MRAT, MBTO dan TCID secara teknikal. MRAT secara pola downtrend dengan target price Rp 160. Kecil kemungkinan untuk rebound resistance di Rp 176.

MBTO membentuk pola sideway, mendatar dengan support-resistance lebar di Rp 124-Rp 160. Saat ini MBTO cenderung mendekati area support bawah.

TCID menurut Rovandi kurang likuid dan bergerak volatile. Potensi menguat menuju resistance di harga Rp 19.500 dan support Rp 15.600. “Walaupun berpotensi naik, namun saya tetap tidak merekomendasikan TCID karena volume kecil, kurang likuid,” kata Rovandi.

Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, ada banyak emiten kosmetik dan diantaranya belum listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ada juga produsen yang menjual online.

“Nah, kalau kita mau fokus pada emiten yang sudah listed, karena merek produk banyak, kinerja mereka juga biasa-biasa saja. Emiten kosmetik, sepertinya memang belum terlihat wah,” kata William, Minggu (9/9).

William menilai, sektor kosmestik menghadapi sentimen negatif terkait daya beli masyarakat, yang membuat tingkat permintaan komestik susut. Selain itu emiten kosmetik juga terhalang akan impor bahan baku. “Meski produksi dalam negeri, emiten juga harus impor untuk bahan baku, pelemehan rupiah juga turut mempengaruhi dan penggunaan minyak CPO,” kata William.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×