kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada Kenaikan Harga BBM, Begini Prospek Saham Sektor Perindustrian


Rabu, 07 September 2022 / 18:07 WIB
Ada Kenaikan Harga BBM, Begini Prospek Saham Sektor Perindustrian
ILUSTRASI. Indeks sektor perindustrian yang menguat 30% sejak awal tahun, hanya kalah dari sektor energi yang melesat 80%.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi, pelaku pasar menggandrungi saham-saham di sektor industri. Hal ini tampak dari gerak indeks sektor perindustrian yang menguat 30% sejak awal tahun.

Lonjakan indeks sektor perindustrian hanya mampu dilampaui oleh sektor energi yang sejak awal tahun 2022 sudah meroket sekitar 80%. Meski, sejalan dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada perdagangan Rabu (7/9) ini sektor perindustrian merosot tipis 0,04%.

Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim melihat penguatan sektor perindustrian pararel dengan permintaan dari industri manufaktur yang kembali bergerak normal pascapandemi covid-19. Permintaan dari luar negeri bergulir lagi, serta arus barang-jasa pun tak banyak terhambat pembatasan aktivitas (lockdown).

Baca Juga: Intip Ekspansi Sejumlah Emiten ke Bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT)

Roda bisnis yang kembali bergulir kencang membawa emiten di sektor industri ke arah positif dengan pertumbuhan kinerja yang relatif solid hingga paruh pertama tahun ini. Apalagi untuk emiten yang bisnisnya terkait komoditas, alat berat, dan tambang.

Tampak dari sisi pergerakan saham, emiten berkapitalisasi jumbo seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) menjadi motor utama di sektor ini.

"Penggerak sektor industrial seperti ASII dan UNTR didukung oleh komoditas khususnya batubara. ASII juga pendapatan per segmen didorong kontribusi dari penjualan alat berat tambang," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (7/9).

Baca Juga: IHSG Turun 0,54%, BBCA, BMRI, ADRO Paling Banyak Net Buy Pada Rabu (7/9)

Sementara itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyoroti bahwa kondisi makro seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia di awal tahun menjadi katalis positif bagi emiten perindustrian mendongkrak kinerjanya. Pasar pun mengapresiasi, penguatan harga berlanjut.

Namun, perkembangan kondisi makro ekonomi saat ini cukup menantang. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berimbas pada lonjakan inflasi, yang kemudian bisa memicu kenaikan tingkat suku bunga.

"Hal ini akan membuat pendanaan lebih mahal dan menggerus laba. Di sisi lain bisa berimbas kepada penurunan penjualan, seperti kendaraan bermotor," ujar Wawan.

Meski begitu, Wawan punya catatan yang cukup optimistis. Secara historis, sudah terjadi sembilan kali kenaikan harga BBM dalam 20 tahun terakhir. Menurut Wawan, kenaikan harga dengan level yang lebih tinggi pun masih dapat diserap oleh masyarakat, dan terjadi penyesuaian bisnis.

Oleh sebab itu, dampak yang terasa diprediksi hanya jangka pendek saja. "Sepanjang aktivitas ekonomi masih berlanjut maka sektor industri masih akan berkembang," sebut Wawan.

Baca Juga: Stagnan di Agustus, Cadangan Devisa 2022 Diramal Capai US$ 140 Miliar

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menambahkan, efek dari kenaikan harga BBM akan menjadi pemberat performa emiten di sektor perindustrian. Terutama tertekan oleh lonjakan biaya operasional.

Di samping strategi perusahaan mengantisipasi efek domino kenaikan harga BBM, keberlanjutan arus investasi menjadi poin krusial. "Iklim investasi di Indonesia masih relatif sehat di masa krisis finansial saat ini, juga turut menjaga arus investasi ke sektor industri," ujar William.

Adapun secara sektoral, hingga penutupan Rabu ini IDX Industrials ada pada posisi 1.371,83. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan bahwa pergerakan IDX industrial masih berpeluang melanjutkan penguatan untuk menguji area 1.377-1.410 terlebih dulu. 

Namun, level tersebut tampaknya bisa menjadi akhir penguatan dari IDX industrial. "Kalau dari teknikalnya, melihat indikator yang cenderung sideways dan berada di area overbought," kata Herditya.

Baca Juga: Simak Daftar Saham Murah Pilihan di Indeks LQ45

Saham yang menarik dilirik pada sektor industri terutama berasal dari emiten yang punya diversifikasi bisnis kuat dan disokong oleh komoditas & batubara, seperti UNTR dengan target Rp 37.800 per saham, ASII untuk target Rp 7.300 per saham-Rp 7.700 per saham, dan PT ABM Investama Tbk (ABMM) dengan target Rp 4.000 per saham-Rp 4.110 per saham.

Sedangkan Lukman menyoroti efek domino kenaikan harga BBM akan menekan bottom line perusahaan seiring dengan kenaikan biaya. Namun, ada beberapa emiten yang punya daya tahan lebih pada situasi ini karena efeknya tidak dirasakan secara langsung.

Lukman mencontohkan beberapa emiten di segmen perusahaan holding multi sektor seperti PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR).

Baca Juga: PER IHSG Murah Menjadi Daya Tarik Investor Asing

Rekomendasi Lukman, saham BHIT layak dikoleksi mencermati support di area Rp 76 dan resistance pada Rp 95. Sedangkan support BMTR ada di posisi Rp 346 dan resistance pada Rp 398.

Selain itu, Lukman juga menjagokan saham UNTR dengan mencermati support di area Rp 34.850 dan resistance pada posisi Rp 37.380. 

Saham UNTR juga menjadi rekomendasi William untuk support Rp 32.275 dan resistance di Rp 37.300. Kemudian untuk support saham ABMM ada di Rp 3.290 dan resistance Rp 3.910. Lalu, BHIT dengan support Rp 70 dan resistance di Rp 92.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×