Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di tengah gejolak ekonomi China yang berimbas pada pergerakan pasar global, rupiah mampu mendulang penguatan di hadapan USD. Tenaga ini didapat dari cukup solidnya sokongan katalis dalam negeri.
Di pasar spot, Kamis (7/1) valuasi rupiah menguat 0,11% ke level Rp 13.927 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah masih merosot 0,59% di level Rp 13.946 per dollar AS.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menuturkan ada campur tangan Bank Indonesia dalam penguatan rupiah. Dipastikan ada intervensi BI untuk menjaga rupiah dari kejatuhan dalam. Sebabnya, kini dari sisi eksternal tekanan yang datang bertubi-tubi.
“Terbaru, data cadangan devisa China dan fixing rate yuan kembali dipangkas, bursa saham China juga anjlok lagi imbasnya besar bagi mata uang regional Asia,” jelas Josua.
Cadangan devisa China Desember 2015 turun ke posisi US$ 108 miliar ke level terendahnya sejak 3 tahun terakhir. Sementara bursa saham China anjlok hingga 7,2% dan diberhentikan aktivitasnya untuk sementara waktu.
Seperti yang diketahui, goyahnya ekonomi China berdampak signifikan terhadap mata uang Asia lainnya termasuk rupiah. “Selain intervensi BI rupiah juga tertolong oleh kebijakan pemerintah pangkas harga BBM dan turunnya inflasi beberapa waktu lalu,” tutur Josua. Sehingga secara fundamental rupiah punya daya tahan yang cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News