kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.428.000   -57.000   -2,29%
  • USD/IDR 16.602   11,00   0,07%
  • IDX 7.916   -209,10   -2,57%
  • KOMPAS100 1.090   -29,49   -2,63%
  • LQ45 772   -7,67   -0,98%
  • ISSI 281   -10,34   -3,54%
  • IDX30 401   -4,69   -1,16%
  • IDXHIDIV20 453   -1,70   -0,37%
  • IDX80 121   -1,88   -1,53%
  • IDXV30 129   -2,46   -1,87%
  • IDXQ30 127   -0,85   -0,66%

Lelang Pita Frekuensi Tuntas, Simak Prospek & Rekomendasi Emiten Telekomunikasi


Minggu, 19 Oktober 2025 / 13:57 WIB
Lelang Pita Frekuensi Tuntas, Simak Prospek & Rekomendasi Emiten Telekomunikasi
ILUSTRASI. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah mengumumkan hasil lelang pita frekuensi radio 1,4 GHz pada Rabu (15/10/2025). Hasil lelang ini diperkirakan akan mengubah peta industri telekomunikasi dan membuka kompetisi antar operator seluler lebih sehat.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah mengumumkan hasil lelang pita frekuensi radio 1,4 GHz pada Rabu (15/10/2025). Hasil lelang ini diperkirakan akan mengubah peta industri telekomunikasi dan membuka kompetisi antar operator seluler lebih sehat. 

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) muncul sebagai pemenang dalam lelang ini. Untuk Wilayah 1, yang mencakup Jawa, Maluku, dan Papua, PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak perusahaan WIFI, memperoleh lisensi dengan penawaran sebesar Rp 403,8 miliar. 

Sementara itu, PT Eka Mas Republik, anak perusahaan DSSA, memenangkan Wilayah 2 dan 3 dengan penawaran masing-masing sebesar Rp 300,9 miliar dan Rp 100,9 miliar. Setiap pemenang akan menerima bandwidth 80MHz dengan masa penggunaan 10 tahun. Sementara PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang juga ikut dalam lelang tidak mendapatkan spektrum apapun di lelang ini.  

Baca Juga: Lelang Pita Frekuensi 1,4 GHz Tuntas, Peta Industri Telekomunikasi Bakal Berubah

Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su mengatakan, untuk fixed broadband (FBB) sendiri, adanya internet dengan harga terjangkau akan membuat persaingan semakin intens. Selain itu, fixed wireless access (FWA) juga akan menjadi kunci dari penetrasi FBB yang semakin kencang dan bisa meningkatkan penetrasi FBB.

Price war cellular diekspektasi akan sedikit mereda terutama di Pulau Jawa, namun akan tetap saling berebut market share lebih kencang di luar Pulau Jawa mengingat dominasi TLKM masih terlalu tinggi dibandingkan PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL),” ujar Harry kepada Kontan, Sabtu (18/10/2025).  

Daniel Widjadja, Analis Mirae Asset Sekuritas mengatakan, alokasi spektrum 1,4GHz yang baru akan mentransformasi industri broadband Indonesia, dengan WIFI (Starlite) muncul sebagai penerima manfaat terbesar. Dengan akses eksklusif ke 61,2% rumah tangga, WIFI berada di posisi yang tepat untuk pertumbuhan pelanggan jangka panjang yang substansial. 

Khususnya, perusahaan mendapatkan lisensinya dengan biaya yang jauh lebih rendah, hanya US$ 0,002/MHz/populasi, dibandingkan dengan US$ 0,026 dan US$ 0,016/MHz/populasi di wilayah lain.

“Spektrum ini akan memungkinkan WIFI untuk memperluas jangkauan melampaui Batasan Fiber to the Home (FTTH) kurang dari 5km saat ini, yang memungkinkan konektivitas yang lebih cepat, lebih luas, dan lebih efisien bagi pasar massal,” ujar Daniel dalam risetnya pada 16 Oktober 2025. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Telekomunikasi Masih Tertekan pada Semester I-2025

Daniel menambahkan bahwa lelang spektrum terakhir untuk layanan berjenis FWA diadakan pada tahun 2013, ketika PT Internux (Bolt) memenangkan pita 2,3GHz dengan bandwidth 15 MHz untuk beroperasi di wilayah Jabodetabek. 

Bolt meluncurkan layanan BWA 4G LTE dengan harga Rp 274.000, termasuk modem dan data prabayar 8GB, dan berhasil meraih lebih dari 2 juta pelanggan dalam dua tahun. Ini juga mendorong adopsi digital dini secara nasional. 

“Dengan spektrum 1,4GHz yang baru diberikan, kami berharap layanan FWA dapat memperluas akses internet yang lebih luas di seluruh Indonesia, mempercepat penetrasi konektivitas dan mendukung agenda transformasi digital negara ini,” ucap Daniel. 

Meski begitu, Harry melihat faktor ekonomi dan daya beli menjadi penentu kinerja sektor telekomunikasi hingga akhir tahun. Sebab, pulihnya ekonomi dan daya beli masyarakat akan meningkatkan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) serta profitabilitas perusahaan telekomunikasi. Hal tersebut akan mempercepat perluasan penetrasi jaringan di daerah – daerah di Indonesia yang belum terjangkau. Selain itu, digitalisasi di  berbagai macam hal juga akan membantu meningkatkan penggunaan data. 

Purchasing power yang belum kembali pulih masih menekan ARPU industri, meskipun natal dan tahun baru (nataru) diharapkan bisa membantu meningkatkan penggunaan data,” terang Harry. 

Baca Juga: Laba Emiten Menara Telekomunikasi Tumbuh Tipis di Semester I-2025

Sementara itu, Aurelia Barus, Analis Indo Premier Sekuritas mengatakan, berdasarkan survei Indo Premier Sekuritas, harga rata-rata paket seluler di seluruh operator naik 14% secara qoq (kuartalan) pada kuartal III – 2025. 

EXCL mencatat kenaikan tertinggi (naik 43% qoq), didorong oleh kenaikan harga paket XL (naik 46% qoq) dan Smartfren (naik 55% qoq). Sementara Axis turun 13% qoq setelah penghapusan diskon.

Harga rata-rata paket TSEL naik 13% qoq, didukung kenaikan harga pada paket Telkomsel dan by.U seiring perubahan penawaran produk. Sebaliknya, harga paket rata-rata ISAT turun 2% qoq, terutama karena Indosat meluncurkan lebih banyak paket kelas menengah, meskipun paket Tri masih naik 3% qoq. 

“Dengan asumsi ARPU seluler meningkat 3% qoq, dipimpin oleh EXCL dan Telkomsel. Sementara jumlah pelanggan turun 1% qoq, dipengaruhi oleh EXCL, kami memperkirakan total EBITDA kuartal III – 2025 sebesar Rp 30,7 triliun (naik 6% qoq), sehingga membawa EBITDA hingga September 2025 ke Rp 88,4 triliun (turun 2% yoy),” ujar Aurelia kepada Kontan, Jumat (17/10/2025).

Harry merekomendasikan Buy saham ISAT dengan target harga Rp 2.400 per saham dan Buy saham TLKM dengan target harga Rp 3.200 per saham. Aurelia merekomendasikan Buy saham EXCL dengan target harga Rp 3.500 per saham.  

Sedangkan Daniel merekomendasikan Hold saham TLKM dengan target harga Rp 3.200 per saham. Serta Buy saham ISAT dan EXCL dengan target harga masing – masing Rp 2.500 per saham dan Rp 3.300 per saham.

Selanjutnya: Mulai 22 Oktober 2025, Tiket Pesawat Ekonomi Dapat Diskon Pajak dari Pemerintah

Menarik Dibaca: Ada Minuman Jelly Rasa Baru, Begini Cara Bijak Menikmatnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×