kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada Beban Tambahan dari Efek Harga BBM, PZZA Tetap Lanjutkan Ekspansi Pizza Hut


Selasa, 06 September 2022 / 21:01 WIB
Ada Beban Tambahan dari Efek Harga BBM, PZZA Tetap Lanjutkan Ekspansi Pizza Hut
ILUSTRASI. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa berimbas pada penambahan beban emiten restoran.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa berimbas pada penambahan beban emiten restoran. Hal ini juga terjadi pada PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA). Meski begitu, PZZA optimistis bisa melanjutkan ekspansi gerai Pizza Hut di sisa tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PZZA Kurniadi Sulistyomo mangamini kenaikan harga BBM akan menimbulkan efek domino yang berdampak bagi bisnis perusahaan. Tapi, seberapa signifikan imbasnya, manajemen PZZA masih melakukan kalkulasi sembari mencermati penyesuaian biaya di tingkat vendor dan supplier

"Kami sudah memperkirakan ada kenaikan dari supplier dan vendor. Cuman kami masih menunggu, masih proses. Kami sudah menerima undangan untuk bertemu (supplier dan vendor), tapi belum tahu penyesuaiannya seperti apa," terang Kurniadi saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/9).

Baca Juga: Mulai Bangkit Pasca Pandemi, Emiten Restoran Kembali Tertekan Efek Harga BBM

Oleh sebab itu, Kurniadi pun belum bisa memperkirakan efek kenaikan harga BBM ini terhadap proyeksi kinerja penjualan dan laba/rugi PZZA sampai akhir 2022. Perkembangan makro ekonomi dan efek terhadap daya beli masyarakat menjadi variabel yang mesti dicermati.

Kurniadi membeberkan, kenaikan biaya di tingkat supplier dan vendor pun sejatinya sudah terasa sejak semester pertama lalu. Sebagai gambaran, hingga Juni 2022 penjualan neto PZZA masih bisa tumbuh 3,57% menjadi Rp 1,74 triliun.

Namun, PZZA justru menderita rugi periode berjalan sebesar Rp 5,70 miliar. Padahal, pada semester pertama 2021, PZZA masih mampu membukukan laba periode berjalan senilai Rp 31,52 miliar.

Kerugian ini tak lepas dari beban penjualan PZZA yang membengkak 9,69% secara tahunan menjadi Rp 1,07 triliun. Beban umum dan administrasi Sarimelati juga menanjak 14,81% menjadi Rp 112,12 miliar.

"Pada tahun 2021 belum ada kenaikan harga dari vendor dan supplier. Mulai tahun ini beban bertambah," terang Kurniadi.

Baca Juga: Cetak Rugi di Semester I-2022, Ini Penjelasan Sarimelati Kencana (PZZA)

Meski di tengah penambahan beban,Kurniadi menyampaikan bahwa pada tahun ini pihaknya terus menggelar ekspansi penambahan outlet Pizza Hut ke berbagai wilayah hingga ke Aceh dan Papua. Secara konsisten, setiap bulan selalu ada pembukaan gerai baru Pizza Hut. Hingga saat ini, total gerai Pizza Hut baru yang dibuka di berbagai wilayah mencapai 55 outlet.

Guna memuluskan strategi ekspansi ini, PZZA pun mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp 300 miliar. Capex yang sudah terserap untuk investasi gerai baru sejauh ini mencapai sekitar Rp 200 miliar.

Kurniadi mengakui, efek dari kenaikan harga BBM terhadap penambahan beban dan biaya akan menjadi faktor yang dicermati. Tapi, dia optimistis PZZA bisa merealisasikan penambahan outlet Pizza Hut antara 10 gerai - 15 gerai lagi di sisa tahun ini.

Adapun dari sisi pergerakan saham, pada Selasa (6/9) ini PZZA melemah 0,96% ke harga Rp 515. Meski masih dalam kecenderungan tren sideways, tapi Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menilai saham PZZA masih layak dilirik.

Saran Andhika, saham PZZA bisa dikoleksi dengan strategi buy on weakness dengan memperhatikan area support di Rp 495 dan target penguatan pada Rp 555 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×