CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Mulai Bangkit Pasca Pandemi, Emiten Restoran Kembali Tertekan Efek Harga BBM


Selasa, 06 September 2022 / 18:39 WIB
Mulai Bangkit Pasca Pandemi, Emiten Restoran Kembali Tertekan Efek Harga BBM
ILUSTRASI. Kinerja emiten restoran berpotensi kembali tertekan imbas efek domino kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru bangun, tertimpa tangga rasanya menjadi ungkapan yang tepat bagi emiten restoran saat ini. Setelah mampu bangkit dari pandemi covid-19, kinerja emiten restoran berpotensi kembali tertekan imbas efek domino kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Padahal, kinerja mayoritas emiten restoran sepanjang semester pertama 2022 terbilang cemerlang. Sejumlah emiten mampu membalikkan kerugian menjadi laba, sejalan dengan pertumbuhan dari sisi penjualan.

Tapi, laju kinerja emiten di bisnis food and beverage (F&B) ini berpotensi teredam kenaikan harga BBM subsidi. Sebab, hal ini bisa menimbulkan lonjakan harga barang dan biaya transportasi, sekaligus memangkas daya beli.

"Baru pulih dari pembatasan aktivitas masyarakat saat covid, tapi saat ini sudah punya tantangan lagi. Kenaikan harga BBM memang menjadi tantangan baru bagi emiten restoran," ujar Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/9).

Baca Juga: Menguat 9,90% dari Awal Tahun, Bagaimana Valuasi IHSG Sekarang?

Lebih lanjut, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menyoroti kenaikan harga BBM bakal mendongkrak inflasi dan membuat lonjakan harga bahan pokok maupun bahan baku untuk produk restoran. Kondisi ini akan mendongkrak beban overhead maupun beban operasional emiten restoran.

"Hal ini dapat mengakibatkan tergerusnya EBITDA margin perusahaan," sebut Ratih.

Sedangkan dari sisi pergerakan saham, Ratih memandang rata-rata emiten restoran saat ini masih dalam tren sideways, baik secara jangka pendek maupun menengah. Sekalipun menguat, rentangnya hanya terbatas.

Tengok saja PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) dan PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK) yang pada perdagangan hari ini (6/9) menguat 0,66% dan 0,87%.

Sementara itu, emiten pengelola gerai CFC, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) mengalami kenaikan 13,38% pada perdagangan kemarin (5/9). Meski hari ini melemah 3,31% ke harga Rp 4.670 per saham.

Baca Juga: Simak Prospek Saham Perbankan di Tengah Kenaikan Harga BBM

Saham emiten waralaba kebab turki Babarafi, PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI) kemarin juga menguat 6,90%. Tapi, pada Selasa ini sudah melemah lagi 6,45% ke harga Rp 232 per saham.

Sedangkan saham emiten pengelola gerai Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) masih berkutat di zona merah. Nasib serupa dialami oleh pemegang lisensi KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).

Gerak saham emiten ritel yang melebarkan sayap ke bisnis F&B, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) juga masih cenderung memerah. Melalui Erajaya Food & Nourishment, ERAA menggarap gerai Paris Baguette, Sushi Tei, hingga Hokaidoya.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Sektor Apa Saja yang Diuntungkan dan Dirugikan?

Menilik pergerakan saham emiten restoran, termasuk kenaikan harga PTSP dan RAFI pada perdagangan Senin, Cheryl menilai fluktuasi sahamnya hanya bersifat spekulatif. Catatan Cheryl, emiten restoran dengan segmen pasar kelas menengah ke bawah justru punya peluang menjaga kinerja. Pasalnya, pemerintah berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan pembagian bantuan langsung tunai.

Adapun kinerja emiten yang dominan mengandalkan segmen kelas menengah bisa tergerus, karena konsumsi kalangan ini rentan menurun. "Pendapatannya tetap, tapi pengeluaran meningkat dan tidak ada subsidi pemerintah," kata Cheryl.

Sebagai pilihan investasi, saran Cheryl wait and see terlebih dulu untuk emiten restoran. Sambil mencermati sejauh mana imbas kenaikan harga BBM dan lonjakan inflasi, serta respons emiten terhadap tantangan tersebut.

Baca Juga: Saham Dengan Market Cap Jumbo Sektor Energi dan Keuangan Masih Jadi Pilihan

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora juga menyoroti penguatan harga saham PTSP dan RAFI Senin lalu hanya bersifat jangka pendek mengikuti sentimen IHSG. Andhika mengingatkan agar pelaku pasar mencermati likuiditas saham.

Apalagi kinerja emiten restoran pada paruh kedua ini berpeluang mengalami pelemahan. "Emiten F&B dan ritel terkena sentimen negatif. Kenaikan BBM akan membuat bahan baku naik dan daya beli masyarakat pun turun. Kinerja emiten F&B berpotensi tertekan," kata Andhika.

Meski begitu, Andhika melihat saham PZZA masih layak dilirik dengan strategi buy on weakness mengamati support Rp 495 dan target penguatan Rp 555 per saham. Buy on weakness juga bisa diterapkan pada saham ENAK menimbang support Rp 1.650 dan target penguatan di Rp 1.840 per saham.

Sementara itu, Ratih melihat ada dua opsi yang bisa diamati pelaku pasar terhadap emiten restoran. Pertama, masuk secara bertahap pada saham ENAK, FAST, dan ERAA karena ketiga saham ini dalam level support dan menarik dicermati dengan strategi buy on weakness.

Kedua, memilih untuk wait and see terlebih dulu. "Sambil menunggu momentum yang tepat dan katalis pendukung lainnya di market saat ini, seperti inovasi dan strategi bisnis lanjutan dari manajemen restoran tersebut," terang Ratih.

Baca Juga: Kinerja Moncer, Berikut Saham-Saham Big Caps yang Masih Layak Koleksi

Ke depannya, para pelaku pasar dapat memperhatikan berbagai data yang akan rilis seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengukur optimisme dan daya beli konsumen, aktivitas masyarakat, serta mencermati strategi bisnis seperti digitalisasi emiten restoran.

Ratih merekomendasikan buy saham ENAK dengan mencermati area support Rp 1.710 sampai Rp 1.730. Target harga pada resistance terkuat di level Rp 1.800 dan pertimbangkan cut loss di Rp 1.680 per saham.

Saham FAST bisa dilakukan speculative buy dengan target harga pada area resistance di level Rp 990. Support psikologis ada pada level Rp 945 per saham. Pertimbangkan cut loss apabila menembus support di area Rp 915 per saham.

Sedangkan untuk saham ERAA, Ratih menyarankankan buy on weakness di area support Rp 464 sampai Rp 470. Target harga pada resistance area Rp 494. Pertimbangkan cut loss apabila menembus support di Rp 458.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×