kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ada 12 emiten pelat merah bakal buyback saham, perhatikan saran analis


Selasa, 10 Maret 2020 / 20:05 WIB
Ada 12 emiten pelat merah bakal buyback saham, perhatikan saran analis
ILUSTRASI. Pengunjung melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (10/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 1,64% ke level 5.220,83 setelah anjlok hingga 6,58% pada perdagangan hari sebelumnya. /pho KONTAN/Carol


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyusul surat edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal relaksasi buyback saham tanpa perlu RUPS, Kementerian BUMN segera berkoordinasi dengan 12 emiten pelat merah.

Dari hasil koordinasi tersebut, sebanyak 12 emiten pelat merah di sektor perbankan, infrastruktur dan pertambangan bakal melakukan buyback dengan nilai total mencapai Rp 7 triliun - Rp 8 triliun. 

Surat edaran tersebut dikeluarkan OJK lantaran secara kumulatif IHSG turun signifikan sejalan dengan merebaknya kasus virus corona.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) & Intiland Development (DILD) pertimbangkan relaksasi buyback

Melihat kondisi tersebut, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, investor perlu tetap berhati-hati dengan mengamati situasi perekonomian global. Selain itu, investor juga perlu memahami bahwa buyback bukan merupakan upaya untuk menaikkan harga saham. 

"Buyback itu komunikasi emiten bahwa prospek emiten tersebut ke depan masih cukup bagus sehingga harga hari ini tidak mencerminkan fundamental," jelas Alfred kepada Kontan, Selasa (10/3). 

Namun, buyback memang diperlukan pada saat ini untuk mempersempit ruang penurunan pasar di tengah situasi yang tidak pasti. Apalagi, kata Alfred, indeks BUMN20 menyumbang sekitar 25% dari total kapitalisasi pasar.

Baca Juga: Simak kemampuan keuangan lima emiten konstruksi BUMN yang akan lakukan buyback

Sehingga bila penurunan yang signifikan dari saham-saham BUMN bisa teredam, maka IHSG pun demikian.  Ini juga menandakan bahwa pasar masih berpotensi mengalami penurunan.

"Kalau makro masih berat, ya tidak bisa buyback menjadi pertimbangan utama untuk berinvestasi. Artinya kalau makro seperti ini terus, ini (buyback) tidak bisa mengangkat harga saham," jelas dia. 

Baca Juga: Mengukur kesiapan dana Bukit Asam (PTBA) untuk melakukan buyback saham

Lebih lanjut, dalam hal emiten ingin memanfaatkan relaksasi buyback maka harus memperhatikan dua hal. Pertama, emiten harus memiliki kas yang cukup untuk operasional dalam 3-6 bulan ke depan. Kedua, dana untuk buyback sebaiknya tidak berasal dari utang. 

"Jadi ketika mereka memutuskan buyback dan saat bersamaan ketika harus buyback mereka menambah pinjaman, itu yang kurang pas," imbuh Alfred.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×