kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

9 bulan, net buy SBN oleh asing naik Rp 126,46 T


Rabu, 05 Oktober 2016 / 18:04 WIB
9 bulan, net buy SBN oleh asing naik Rp 126,46 T


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Investor asing terus mengakumulasi Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang tiga kuartal pertama tahun 2016.

Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 30 September 2016, kepemilikan asing di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 684,98 triliun.

Angka tersebut membengkak Rp 126,46 triliun dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat Rp 558,52 triliun. Bahkan net buy asing pada tiga triwulan tahun 2016 telah melampaui total net buy tahun lalu yang hanya Rp 97,17 triliun.

Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management menuturkan, sejak awal tahun 2016, pasar obligasi negara Indonesia memang dibalut tren positif. Dari internal, membaiknya makroekonomi dalam negeri mengerek minat investor asing. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi domestik periode Januari 2016 - September 2016 mencapai 1,97%.

Rupiah juga stabil bahkan cenderung menguat dari posisi akhir tahun lalu Rp 13.789 ke level Rp 13.042 per dollar Amerika Serikat (AS). Bank Indonesia (BI) tercatat sudah memangkas suku bunga sebanyak lima kali tahun ini. Aksi teranyar, pada pertemuan September 2016, BI 7 days reverse repo rate disusut 25 bps menjadi 5%.

"Terkendalinya inflasi dan rupiah menguntungkan investor asing. Ini mengindikasikan investor asing optimistis dengan prospek jangka panjang Indonesia," terangnya.

Dari eksternal, angin segar bersumber dari keputusan Bank Sentral AS atawa The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 0,25% - 0,5%. Padahal pasar global sempat bergejolak akibat spekulasi yang menaungi rencana tersebut.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo menambahkan, likuiditas di dunia memang melimpah. Ini diakibatkan oleh kebijakan quantitative easing yang digelar sebagian negara. Mulai dari Inggris, Eropa, hingga Jepang menerapkan kebijakan suku bunga rendah, bahkan negatif. Walhasil, investor mengincar instrumen investasi dari negara-negara yang masih menawarkan imbal hasil atraktif. Salah satunya, obligasi negara Indonesia.

Merujuk AsianBondsOnline per 5 Oktober 2016, yield obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun mencapai 7%. Angka tersebut mengungguli yield obligasi bertenor sama milik pemerintah China 2,73%, Jepang minus 0,07%, Malaysia 3,55%, Singapura 1,85%, AS 1,68%, hingga Vietnam 6,46%.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×