Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina |
JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) bersiap membayar cicilan utang kedua kepada Standard Chartered Bank (Stanchart). Tahun ini, BORN akan mencicil senilai US$ 140 juta.
Sejauh ini, manajemen BORN optimistis bisa memenuhi kewajibannya. "Dananya berasal dari kas operasional," kata Kenneth R. Allan, Direktur BORN kepada KONTAN, pekan lalu.
Per 30 September 2012, BORN masih memiliki kas dan setara kas senilai US$ 311,62 juta. BORN yakin mampu memupuk kas tersebut secara signifikan dari pertumbuhan usaha.
Upaya yang akan ditempuh untuk menaikkan pertumbuhan usaha adalah dengan menggenjot produksi batubara. BORN menargetkan produksi batubara tahun 2016 mencapai 15 juta ton. Target ini tumbuh 244,83% dibandingkan dengan produksi batubara tahun 2012 yang diperkirakan mencapai 4,35 juta ton.
Sebagai catatan, BORN meraih utang US$ 1 miliar dari Stanchart pada 11 Januari 2012. Utang itu untuk membeli 51% saham Borneo Bumi Borneo Bumi Energi & Metal Pte Ltd dan 49% saham Bumi Borneo Resources Pte Ltd dari Grup Bakrie. Lewat aksi itu, BORN secara tidak langsung memiliki 23,8% saham Bumi Plc.
Bumi Plc adalah pemilik 29,2% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Perusahaan ini juga memiliki 84,7% PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Sejauh ini, investasi BORN senilai US$ 1 miliar di Bumi plc itu kini sudah susut menjadi sekitar US$ 300 juta akibat penurunan harga saham Bumi Plc.
Utang BORN kepada Stanchart memiliki tenor 60 bulan. Bunganya senilai bunga pinjaman antar bank di London (LIBOR) plus 5,65% untuk kreditur luar negeri dan LIBOR plus 6,15% untuk utang dari kreditur lokal.
BORN mulai mencicil utang US$ 50 juta di 2012. Tahun ini dan tahun 2014, cicilan utang yang harus
dibayar oleh BORN senilai US$ 140 juta. BORN harus membayar US$ 160 juta di tahun 2015, dan US$ 510 juta di tahun 2016.
Jual aset
Selain melunasi utang dengan kas internal, BORN kabarnya berniat menjual 20% saham PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) untuk menambah sumber pendanaan pembayaran utang. Posco Energy sempat digadang BORN menjadi pembeli strategisnya, dengan tawaran sebesar US$ 560 juta.
Belakangan, kabar negosiasi BORN-Posco bak redup. "Pembicaraan penjualan saham AKT masih berlangsung, belum ada keputusan atas itu," jelas Allan.
BORN juga berencana menerbitkan obligasi berdenominasi dolar senilai US$ 500 juta. Emiten ini akan memanfaatkan dananya untuk melunasi utang ke Stanchart. Tapi, rencana ini juga tak jelas kelanjutannya.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities menilai, BORN harus segera mencari alternatif pendanaan guna mencicil utang. Kas internal tak bisa diandalkan karena industri batubara dunia melemah.
Langkah divestasi sebagian saham AKT, lanjut Reza, menjadi opsi terbaik BORN untuk meraih dana segar. Dengan langkah ini, BORN bisa meraih dana segar tanpa harus kehilangan konsolidasi pendapatan dari AKT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News