kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

10 MI besar kuasai dana kelolaan reksadana


Minggu, 12 April 2015 / 23:25 WIB
10 MI besar kuasai dana kelolaan reksadana
ILUSTRASI. MIND ID melalui anak perusahaannya, PT Inalum menargetkan bisa segera merampungkan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I di Mempawah, Kalimantan Barat pada semester II 2024 mendatang.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Industri reksadana masih belum merata. Dana kelolaan reksadana hanya dikuasai oleh sepuluh perusahaan manajer investasi besar.

Infovesta Utama mencatat dari total dana kelolaan Rp 242,96 triliun pada akhir Maret 2015, mayoritas atau sekitar Rp 176,45 triliun disumbang oleh sepuluh manajer investasi. Perusahaan asing PT Schroder Investment Management Indonesia mendominasi dengan total dana kelolaan Rp 46,23 triliun.

Kemudian, PT BNP Paribas Investment Partners menggenggam dana kelolaan sebesar Rp 26,67 triliun. Serta di posisi ketiga merupakan PT Mandiri Manajemen Investasi yang mencatat dana kelolaan Rp 21,9 triliun.

Perusahaan lainnya yang masuk sepuluh besar antara lain, PT Bahana TCW Investment Management, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen dan PT Manulife Aset Manajemen. Juga, PT Panin Asset Management, PT Danareksa Investment Management, PT BNI Asset Management serta PT Trimegah Asset Management.

Analis Infovesta Utama Yoanita Rianti mengatakan besarnya porsi dana kelolaan dipicu oleh banyaknya jenis produk reksadana yang ditawarkan manajer investasi kepada investor. "Semakin banyak jenis produk yang ditawarkan oleh kepada Investor, maka semakin besar pula kemungkinan pertumbuhan dana kelolaan," ujar Yoanita.

Selain itu, branding nama manajer investasi di kalangan investor, seperti lama berdiri serta track record juga mempengaruhi pesatnya pertumbuhan dana kelolaan manajer investasi. Faktor lain, kemudahan akses investasi reksadana yang ditawarkan manajer investasi juga turut menopang masuknya investor sehingga menambah dana kelolaan.

"Biasanya, reksadana yang diperjualbelikan di agen penjual dapat memperluas akses penjualan reksadana bagi investor," ujar dia.

Belum meratanya industri reksadana, kata dia, disebabkan oleh semakin ketatnya persaingan produk yang ditawarkan oleh manajer investasi. Strategi investasi serta pilihan underlying asset reksadana ikut menjadi pertimbangan investor sebelum akhirnya masuk ke produk tersebut. Pasalnya, kedua faktor tersebut akan menentukan return reksadana yang bisa dikantongi investor.

"Investor juga menghindari produk reksadana dengan dana kelolaan yang terlalu minim. Khususnya, reksadana dengan dana kelolaan di bawah Rp 25 miliar karena berisiko dilikuidasi," kata dia.

Hans Kwee, Vice President Quant Kapital Investama mengakui kepercayaan investor menjadi tantangan bagi manajer investasi untuk memperbesar dana kelolaan. Di samping itu, saat ini pasar juga sudah cukup tinggi sehingga sulit meningkatkan kinerja portfolio. Seperti diketahui, kenaikan dana kelolaan ditopang oleh masuknya dana dari investor serta kinerja portfolio reksadana.

"Menurut saya, rencana otoritas untuk menurunkan minimal dana kelolaan reksadana sudah bagus. Sehingga manajer investasi kecil bisa mengejar membuat produk," ujar Hans.

Tahun ini, Quant Kapital Investama menargetkan bisa menggenggam dana kelolaan Rp 50 miliar. Pertumbuhan tersebut akan membidik investor ritel.

Hans optimistis tahun ini pasar modal akan positif seiring pemerintahan baru, reformasi sektor energi serta digalakkannya program infrastruktur. Dengan demikian, akan menopang pertumbuhan portfolio reksadana.

Kendati demikian, pasar modal juga akan menghadapi tantangan dari global seperti kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, the Fed, risiko Yunani serta perlambatan ekonomi Tiongkok. Faktor tersebut dikhawatirkan memicu keluarnya dana asing atau capital outflow dari pasar modal Indonesia.

"Juga adanya ancaman melambatnya ekonomi Indonesia serta rendahnya harga komoditas akan mengancam penerimaan negara dan current account," kata Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×