kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Pengetatan suplai oleh OPEC mengerek naik harga minyak dunia


Rabu, 27 Februari 2019 / 16:30 WIB
Analis: Pengetatan suplai oleh OPEC mengerek naik harga minyak dunia


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengetatan suplai minyak dan sanksi yang diturunkan Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela dan Iran, dinilai menjadi faktor kenaikan harga minyak dunia pada perdagangan Rabu (27/2).

Mengutip data dari Bloomberg, pukul 15:20 WIB, Rabu (27/2), harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) yang diperdagangkan di pasar New York Mercantile Exchange (Nymex) berada di level US$ 56,02 per barel. Harga ini naik sebesar 1% dari posisi perdagangan sebelumnya di level US$ 55,50 per barel.

Senada, harga minyak jenis brent di bursa ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London, juga mengalami kenaikan harga di posisi US$ 65,55 per barel. Harga ini naik sebesar 0,52% dari posisi harga sebelumnya di level US$ 65,21 per barel.

Analis Monex Investindo Futures, Ahmad Yudiawan menjelaskan kenaikan harga minyak dunia dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni optimisme kesepatakan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Kemudian pengetatan suplai minyak yang dilakukan oleh negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan afiliasinya, serta sanksi yang dikenakan AS kepada negara produsen minyak lainnya, Venzuela dan Iran.

“Sanksi yang dikenakan AS terhadap Venezuela dan Iran, sangat berpotensi mengganggu suplai minyak, sehingga ekspetasi minyak berkurang dan permintaan meningkat, ini yang menyebabkan harga minyak naik,” jelas Yudi pada Kontan.co.id, Rabu (27/2).

Yudi melihat penurunan harga minyak bisa saja terjadi jika perundingan dagang antara AS dan China melahirkan kesepakatan yang baik. Namun dirinya tak menampik, hal – hal bersifat insidentil atau tak disangka-sangka mampu menggerakan harga.

“Contohnya bisa dilihat pada pernyataan Donald Trump kemarin. Komentarnya seputar harga minyak yang tinggi, menurunkan harga minyak dunia,” tambah Yudi.

Dirinya menduga, pergerakan harga minyak secara signifikan akan terjadi pada awal Maret menyusul pertemuan antara Donald Trump dan Presiden China, Xin Jinping terkait kesepakatan perang dagang.

Secara teknikal, harga minyak berada di bawah MA 200, 100, dan 50. Dengan kata lain, harga minyak masih berpotensi naik dalam waktu dekat.

Sementara RSI menunjukan titik balik atau fullback, kondisi oversold juga ditunjukan dalam posisi ini. Sedangkan untuk stochastic sedikit berada di posisi overbought, atau menunjukan aka nada potensi koreksi harga minyak.

Yudi memprediksi harga minyak akan bergerak di area resisten US$ 56,60 per barel – US$ 56,80 per barel dan titik support berada di level US$ 55,20 per barel hingga US$ 55,00 per barel pada perdagangan besok.

Sementara dalam sepekan ke depan, dirinya memprediksi harga minyak akan berada di kisaran US$ 54,00 per barel – US$ 57,70 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×