Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan di pasar obligasi dalam beberapa pekan terakhir membuat nilai kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) berkurang. Berdasarkan data Direktorat Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sejak akhir Maret hingga 26 April, jumlah dana asing di SBN telah berkurang Rp 10,31 triliun menjadi Rp 848,48 triliun.
Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, investor asing mengurangi kepemilikan di pasar obligasi karena faktor eksternal, yaitu kenaikan yield obligasi Amerika Serikat (AS). Selain disebabkan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS, tren kenaikan harga minyak dunia juga mempengaruhi pergerakan yield US Treasury.
Pasalnya, harga minyak yang naik bisa memicu tidak terkendalinya laju inflasi AS. Untuk mengendalikan laju inflasi, pemerintah AS melakukan antisipasi dengan mengerek naik yield US Treasury.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menambahkan, tren kenaikan yield US Treasury membuat volatilitas rupiah meningkat. Anil menganggap peningkatan volatilitas rupiah berdampak negatif bagi investor asing. "Investor asing cukup sensitif terhadap pergerakan rupiah," kata dia, Jumat (27/4).
Padahal, sebagaimana investor lokal, investor asing sebenarnya bisa memanfaatkan momentum koreksi harga surat utang negara (SUN) akibat kenaikan yield surat utang pemerintah AS untuk melakukan pembelian secara bertahap. Mengingat yield SUN pun ikut terkerek.
Masuk pasar Eropa
Selain kembali memburu obligasi AS, investor asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia kemungkinan besar mengincar pasar obligasi Eropa. Hal ini mengingat 43% investor asing di pasar obligasi dalam negeri berasal dari kawasan Eropa.
Ditambah lagi, kondisi ekonomi Eropa cukup kondusif. Selain itu, keputusan bank sentral Eropa untuk mempertahankan suku bunga acuan menjadi katalis positif buat para investor.
Namun, tidak tertutup kemungkinan juga investor asing hanya menjual sebagian aset surat utangnya saja ketika pasar sedang bergejolak. Dalam hal ini, investor asing tidak benar-benar keluar dari pasar obligasi Indonesia.
Ariawan berpendapat, potensi tersebut bisa saja terjadi karena imbal hasil SUN Indonesia masih lebih tinggi dari yield US Treasury ataupun surat utang Eropa. Hal itu membuat investor asing menjadi ragu untuk benar-benar pergi dari pasar obligasi Indonesia. "Dari sisi yield, SUN sekarang sebenarnya cukup punya daya tarik bagi investor asing," ucap dia.
Di samping itu, sejak awal tahun hingga Kamis (26/4) lalu, asing masih mencatatkan net buy Rp 9,56 triliun di pasar obligasi. Ini menandakan investor asing masih percaya fundamental ekonomi Indonesia cukup solid di tengah terpaan sentimen eksternal
Anil optimistis, pernyataan Bank Indonesia yang membuka kemungkinan menaikan suku bunga acuan dapat menjadi katalis positif bagi investor asing untuk kembali masuk ke pasar obligasi domestik. Pasalnya, investor asing tidak ingin BI terkesan kaku dalam memberi sinyal atau pernyataan terkait upaya mengatasi koreksi pasar.
"Kalau momennya tepat, kebijakan BI untuk ikut menaikan suku bunga acuan akan dapat respons positif dari pelaku pasar," tutur Anil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News