kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi analis untuk saham CTRA


Jumat, 27 November 2015 / 18:46 WIB
Simak rekomendasi analis untuk saham CTRA


Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Meski tahun 2015 merupakan tahun suram bagi industri properti, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) masih mampu membukukan kinerja positif.

Hingga akhir September lalu, pendapatan CTRA naik 27%, sedangkan laba bersih tumbuh 6%.

Pada bulan Oktober 2015, Grup Ciputra mengantongi prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp 3 triliun. Jika ditotal dari awal tahun, marketing sales Ciputra mencapai Rp 8,4 triliun. Sebagai perbandingan, akhir September 2015 lalu, marketing sales CTRA baru Rp 5,3 triliun.

Direktur CTRA Tulus Santoso mengatakan,  sebagian besar perolehan marketing sales pada Oktober 2015 berasal dari peluncuran proyek maupun klaster perumahan baru di Makassar, Surabaya, Malang, dan Maja.

Dengan pencapaian ini, Tulus optimistis Ciputra bisa meraih target marketing sales pada tahun ini.

Pada awal tahun, Ciputra menargetkan marketing sales sebesar Rp 10,96 triliun. Lantaran kondisi ekonomi tidak mendukung, Agustus lalu, manajemen Ciputra merevisi target marketing sales menjadi Rp 9,48 triliun.

Tulus mengatakan, hingga akhir tahun, CTRA  masih akan meluncurkan lima proyek baru.

Nah, bagaimana prospek kinerja dan saham CTRA? Simak rekomendasi analis berikut ini.

  • Beli (Reza Priyambada, Analis Saham NHK Korindo Securities)

Kinerja PT Ciputra Development Tbk (CTRA) hingga akhir September lalu cukup bagus. Pendapatan naik 27% menjadi Rp 5,37 triliun. Laba bersih tumbuh 6% menjadi Rp 935,1 miliar.

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan rumah tinggal dan rumah toko masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan CTRA, yakni sebesar Rp 1,5 triliun.

Penjualan apartemen menyumbang pendapatan Rp 1,2 triliun. Sedangkan penjualan kantor hanya menyumbang pendapatan Rp 193,3 miliar.

Jika dihitung selama sembilan bulan, laba bersih CTRA memang tumbuh relatif flat. Namun, ini lebih baik dibandingkan pertumbuhan laba bersih pada semester I-2015 yang tumbuh negatif.

Di kuartal III, CTRA mencetak laba bersih Rp 456 miliar, tumbuh 61,7% secara year on year (yoy).

Pertumbuhan pendapatan dan laba bersih CTRA tidak lepas dari kinerja prapenjualan atau marketing sales. Meski bisnis properti tahun ini cukup suram, CTRA masih bisa membukukan kenaikan prapenjualan atau marketing sales.

Hingga akhir Oktober lalu, marketing sales CTRA mencapai Rp 8,4 triliun. Dibandingkan periode sama tahun lalu,  marketing sales CTRA tumbuh 28%.

Ciputra masih memiliki waktu dua bulan untuk mencapai target marketing sales tahun ini sebesar Rp 9,48 triliun. 

Pertumbuhan kinerja

Jika pertumbuhan marketing sales masih terus berlanjut, CTRA akan memiliki prospek yang bagus untuk satu tahun ke depan. Apalagi, kinerja marketing sales CTRA didukung oleh  jumlah kebutuhan rumah atau backlog yang masih besar.

Sementara, hampir sebagian besar pendapatan CTRA ditopang penjualan rumah tinggal. Dengan begitu, CTRA punya potensi besar untuk meningkatkan penjualan.

Dari sisi pasokan, CTRA juga punya cadangan lahan alias landbank yang cukup besar. CTRA juga diuntungkan karena sudah memiliki nama besar sebagai perusahaan pengembang properti.

Katalis yang akan mempengaruhi kinerja CTRA tahun depan berasal dari kondisi ekonomi makro dan daya beli masyarakat.

Jika tahun depan kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat sedikit lebih baik, pendapatan maupun laba bersih CTRA, saya perkirakan, masih bisa tumbuh 15%–18%. Kinerja CTRA bisa tumbuh di atas angka 18% jika stimulus pemerintah berhasil meningkatkan daya beli masyarakat dan kondisi ekonomi jauh lebih baik.

Dengan asumsi itu, harga saham CTRA berpeluang naik 15% pada tahun depan. Karena itu, Reza merekomendasikan beli untuk saham CTRA dengan target harga Rp 1.600 per saham.

Jumat (27/11), harga saham CTRA Rp 1.185 per saham.       

  • Tahan (Edward Ariadi Tanuwijaya, Analis Saham DBS Vickers Indonesia)

Perolehan marketing sales PT Ciputra Development Tbk (CTRA) pada bulan Oktober senilai Rp 3 triliun merupakan pencapaian bulanan tertinggi perusahaan secara konsolidasi.

Pencapaian ini ditopang secara signifikan oleh dua proyek milik PT Ciputra Surya Tbk (CTRS), yakni CitraLand Surabaya Utara dan proyek baru reklamasi CitraLand City Losari Makassar.

Menurut Edward, CTRA akan mampu mencapai target marketing sales tahun ini yang sudah direvisi pada Agustus lalu menjadi Rp 9,4 triliun.

DBS Vickers memprediksi dari awal tahun marketing sales CTRA pada tahun ini mencapai Rp 9,2 triliun.

Memang, hingga akhir tahun CTRA masih akan meluncurkan beberapa proyek baru, yakni CitraGarden Hills Samarinda, CitraGarden Angsana Samarinda, Citra AeroLink Batam, dan Kozko Yogyakarta.

Namun, keempat proyek baru tersebut tidak berkontribusi banyak terhadap perolehan marketing sales CTRA tahun ini.

Valuasi mahal

Menurut saya, kinerja marketing sales ke depan justru akan ditopang proyek-proyek lama yang sudah berjalan. Misalnya, proyek CitraLand Surabaya, Ciputra World Surabaya, CitraRaya Tangerang, dan CitraIndah Jonggol.

Secara keseluruhan, kinerja kuartal III lalu merupakan kinerja kuartalan terbaik CTRA. Per kuartal III, CTRA membukkan pendapatan Rp 2,3 triliun,  naik 61% dibandingkan kuartal III tahun lalu.

Hingga akhir September, pendapatan CTRA naik 27% year on year (yoy) menjadi Rp 5,37 triliun. Ini sesuai dengan estimasi Edward.

Dia perkirakan, pendapatan CTRA pada akhir tahun sebesar Rp 7,75 triliun dengan laba bersih Rp 1,29 triliun. Tahun depan, pendapatan CTRA naik menjadi Rp 9,22 triliun dengan laba bersih Rp 1,48 triliun.

Katalis pendukung kinerja CTRA berasal dari proyek joint operation baik yang lama maupun baru. CTRA juga memiliki keunggulan karena proyeknya tersebut di lebih dari 40 kota. Sehingga, pelemahan permintaan di suatu daerah bisa dikaver proyek di daerah lain.

Namun, valuasi harga saham CTRA saat ini cukup mahal. Diskon terhadap revalued net asset value (RNAV) hanya 15%, lebih kecil dibandingkan rata-rata delapan tahun terakhir sebesar 46%. Rasio harga saham terhadap laba bersih per saham  di kisaran 15,5 kali.

Karena itu, Edward merekomendasikan tahan untuk saham CTRA dengan target harga Rp 980 per saham. Untuk Grup Ciputra, dia lebih merekomendasikan saham CTRS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×