Reporter: Nathania Pessak, Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rupiah berhasil mengungguli dollar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Rabu (12/7), di pasar spot, nilai tukar rupiah menguat 0,15% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.370 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia juga mencatat, mata uang Garuda terapresiasi 0,14% ke posisi Rp 13.368 per dollar AS.
Analis SoeGee Futures Nizar Hilmy menilai, penguatan rupiah terjadi di saat dollar AS sedang tertekan isu politik dalam negeri. Terutama terkait pernyataan Donald Trump mengenai rilis e-mail ke Rusia. "Indonesia mengalami rebound rupiah," katanya, Rabu (12/7).
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual sependapat. "Bukti baru mengenai hubungan Trump dengan Rusia memanaskan kondisi politik AS. Faktor-faktor tersebut akan mengkhawatirkan pasar," katanya, Rabu (12/7).
Selain itu, pidato Gubernur The Fed Janet Yellen di hadapan kongres AS juga menjadi pemicu pergerakan. "Yellen kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga, walaupun tidak terlalu agresif," kata David. Hal itu memungkinkan pasar kembali memburu mata uang dari emerging market.
Di sisi lain, kondisi fundamental Indonesia membaik sehingga berefek positif terhadap rupiah. "Walaupun ada fluktualiasi namun tetap mencerminkan kestabilan rupiah," lanjut Nizar.
Data dari BI menunjukkan sepanjang tahun ini volatilitas rupiah di bawah 3%. Hal ini mencerminkan stabilitas rupiah, maka dengan dukungan iklim investasi yang kondusif dan rating investment grade, prospek penguatan rupiah tetap terbuka.
Nizar menambahkan, penekanan defisit dan pengurangan subsidi dari pemerintah juga menjadi faktor penguatan rupiah.
Prediksi Nizar, Kamis, rupiah bergulir antara Rp 13.350-Rp 13.380 per dollar AS. Sementara, David memperkirakan, kurs rupiah akan menguat tipis pada kisaran Rp 13.350-Rp 13.390 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News