Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar surat utang negara (SUN) masih bergejolak. Analis memperkirakan harga SUN terancam tertekan dalam jangka pendek.
"Ada beberapa sentimen negatif yang perlu diwaspadai investor sampai akhir bulan ini," ujar Desmon Silitonga, Analis Millenium Danatama Asset Management, Jakarta, Kamis (23/1).
Desmon menyebut, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed, pekan depan akan mendorong tekanan jual di pasar SUN, khususnya oleh asing. Sejauh ini, pasar berspekulasi rapat itu akan menentukan arah kebijakan moneter AS sekaligus merealisasikan tapering off sebesar US$ 10 miliar.
Sentimen lain, tekanan inflasi di Januari diperkirakan akan cukup tinggi seiring kenaikan harga gas 12 kilogram dan kenaikan harga bahan pangan lantaran terganggunya distribusi dan pasokan akibat banjir. Nah, kenaikan inflasi akan mempengaruhi arah dari kebijakan moneter suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate. Apalagi, posisi rupiah sampai saat ini belum menunjukkan gejala perbaikan.
"Sehingga, jika tekanan inflasi dan rupiah ini terjadi, BI Rate bisa kembali dinaikkan. Akibatnya tentu akan akan menekan pasar SUN," papar Desmon.
Sebagai informasi, inflasi pada Januari 2013 lalu cukup tinggi mencapai 1,03% yang juga didorong akibat terjadinya banjir. Saat itu, rupiah juga terdepresiasi sebesar 29 basis poin serta yield obligasi tenor 10 tahun di pasar sekunder naik sekitar 21 basis poin hingga 25 basis poin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News