Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Seperti lelang surat utang negara (SUN) dua pekan sebelumnya, lelang SUN, kemarin (21/1), kembali dibanjiri investor. Pemerintah akhirnya memenangkan lelang sebanyak Rp 15 triliun atau lebih tinggi 50% dari target sebelumnya sebesar Rp 10 triliun.
Dalam lelang ini, pemerintah mengalami kelebihan permintaan atau oversubcribes lebih dari tiga kali target indikatif yang ditetapkan, yaitu mencapai Rp 30,07 triliun.
Pemerintah banyak memenangkan seri SUN bertenor panjang. Namun, seri SPN bertenor pendek satu tahun menjadi favorit investor dengan total permintaan paling banyak. Seri SPN12150108 (reopening) bertenor pendek mendapatkan permintaan sebanyak Rp 10,25 triliun. Hanya saja, pemerintah hanya mengambil Rp 2 triliun.
Sedangkan, SUN seri paling panjang, FR0071 bertenor 15 tahun diserap cukup besar mencapai Rp 4,95 triliun. Demikian juga dengan seri FR0070 bertenor 10 tahun, yang dimenangkan Rp 6,75 triliun.
Herdi Ranu Wibowo, Head of Fixed Income BCA Sekuritas memperkirakan, pemerintah memiliki strategi untuk memperbesar penerbitan instrumen bertenor panjang lantaran lebih aman secara manajemen likuiditas. "Hal ini menjadi bagian dari strategi pemerintah," ujar Herdi kepada KONTAN, Selasa (21/1).
Herdi mengatakan, membanjirnya peminat lelang SUN karena investor cenderung agresif di awal tahun. Alasannya, sentimen negatif yang membayangi sejak 2013 lalu sudah mulai berkurang sehingga investor kembali masuk ke pasar surat berharga negara.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mencatat, capital inflow atau aliran dana asing mengalir deras sejak awal tahun. Kepemilikan asing di SUN naik menjadi Rp 328 triliun dibandingkan akhir tahun yang sebesar Rp 323,8 triliun.
Masuknya asing mendorong penurunan yield SUN dalam satu pekan terakhir. Harga instrumen ini juga mengalami kenaikan. Data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menunjukkan, harga seluruh seri acuan atau benchmark SUN naik. Salah satunya adalah harga SUN seri FR0069 bertenor lima tahun, yang naik menjadi 100.445 dibandingkan pekan lalu yang sebesar 99.350.
Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management mengatakan, masuknya asing juga dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan alias BI rate di level 7,5%, awal bulan ini.
Menurut Desmon, penurunan yield di pasar sekunder mempengaruhi rendahnya yield yang diserap pemerintah dibandingkan lelang sebelumnya. Bahkan, yield yang dimenangkan juga lebih kecil dari yield di pasar sekunder sehari sebelumnya.
Meski demikian, yield yang diminta oleh investor masih memiliki rentang yang cukup lebar. "Kondisi tersebut menunjukkan bahwa preferensi risiko di pasar SUN saat ini masih cukup bervariasi," tutur Desmon.
Kata Desmon, pasar masih mengkhawatirkan ancaman kenaikan BI rate tahun ini. Hal itu tercermin dari banyaknya permintaan di SUN bertenor pendek dalam lelang kali ini. Tapi, SUN tenor panjang juga diminati terutama oleh investor asing, dana pensiun, dan asuransi.
Analis Obligasi Sucorinvest Central Gani, Ariawan mengatakan, turunnya yield mengakibatkan biaya dana atau cost of fund yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam lelang kali ini relatif rendah. "Sehingga pemerintah juga menyerap dana di atas target indikatif," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News