kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Niat akuisisi Link Net, ISAT sebaiknya berbenah


Jumat, 26 Juni 2015 / 21:20 WIB
Niat akuisisi Link Net, ISAT sebaiknya berbenah


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) berencana melakukan aksi korporasi. Kali ini ISAT tertarik untuk membeli 33,82% saham PT Link Net Tbk (LINK).

ISAT akan melakukan proses due diligence pada Agustus mendatang. Jika berhasil, akuisisi ini diharapkan memperkuat bisnis ISAT di bidang multimedia, komunikasi data, dan internet.

Dengan akuisisi Link Net, ISAT ingin memperbesar bisnis fiber to the home (FTTH). ISAT sebenarnya telah mulai menggelar jaringan fiber ke korporasi sejak lama. Namun, perseroan baru menggelar jaringan fiber ritel atau ke rumah-rumah sejak beberapa tahun terakhir.

"Jika sesuai dan valuasi menarik, kami ingin mengembangkan jaringan fiber ritel dengan dukungan infrastruktur Link Net," ungkap Andromeda Tristanto, Investor Relation ISAT kepada KONTAN, Jumat (26/6).

Di kuartal pertama tahun ini ISAT membukukan pendapatan Rp 6,1 triliun atau tumbuh 6% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 5,77 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari pendapatan seluler yang tumbuh 6,5% yoy menjadi Rp 4,9 triliun.

Selanjutnya pendapatan dari multimedia, komunikasi data, dan internet tumbuh 4,5% yoy menjadi Rp 899,7 miliar, sedangkan pendapatan telekomunikasi tetap tumbuh 11,6% yoy menjadi Rp 290,4 miliar. Sayangnya, ISAT membukukan rugi bersih Rp 455,5 miliar. Kondisi ini berbeda dengan kuartal I-2014 di mana perseroan mengantongi laba bersih Rp 796,8 miliar.

Sementara LINK sepanjang tahun lalu meraup laba bersih Rp 557,7 miliar. Angka tersebut tumbuh 53,99% dibanding Rp 362,16 miliar di 2013. Hal ini didukung pendapatannya yang meningkat 28,31% dari Rp 1,66 triliun menjadi Rp 2,13 triliun.

Tahun ini, LINK menargetkan pendapatan bisa naik 28% yoy menjadi Rp 2,73 triliun. Sementara laba bersih tahun ini diharapkan bisa tetap tumbuh 25%-28% dari tahun lalu. Per 31 Maret 2015, total aset LINK mencapai Rp 3,9 triliun.

Analis First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto menilai, ISAT sebaiknya memperbaiki kinerja dan melakukan ekspansi organik terlebih dahulu. Maklum, kinerja ISAT masih tertekan lantaran perseroan menanggung banyak utang terutama dalam nilai dollar AS.

Per kuartal I-2015, ISAT memiliki total utang senilai Rp 23,2 triliun. Utang dengan dollar AS dan mata uang rupiah memegang porsi masing-masing 50%. "Agak beresiko kalau kinerja belum membaik tetapi sudah mau mengakuisisi," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (26/6).

Tahun ini ISAT juga memiliki rencana untuk melakukan refinancing utang, salah satunya dengan melakukan pembayaran lebih awal utang guaranteed notes US dollar dengan nilai emisi sebesar US$ 650 juta. Utang ini memiliki jangka waktu 10 tahun dengan tingkat bunga sebesar 7,375% per tahun dan jatuh tempo pada tanggal 29 Juli 2020. Kemudian, ekspansi organik ISAT juga membutuhkan dana cukup tinggi. Lihat saja, tahun ini ISAT menyiapkan capex hingga Rp 7 triliun. "Jika masih ingin akuisisi, sumber dana dari mana?," lanjut David.

Menurut David, ISAT sebaiknya memperbaiki kinerja terlebih dahulu. Dengan kinerja positif, ISAT tentu akan mendapatkan kembali kepercayaan investor dan akhirnya lebih mudah mencari sumber pendanaan.

David melihat industri telekomunikasi masih berpeluang bagus. Hal ini mengingat kebutuhan telekomunikasi masyarakat juga semakin bertumbuh. Namun demikian, beban yang tinggi menjadi tekanan bagi operator telekomunikasi. Di samping itu, operator kini masih terbebani dengan adanya perang tarif. Oleh karena itu, ISAT perlu melakukan inovasi untuk menggaet lebih banyak pelanggan.

David merekomendasikan hold saham ISAT dengan target harga Rp 4.000 per saham. Pada perdagangan Jumat (26/6) harga saham ISAT turun 0,62% ke level Rp 4.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×