Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Surplusnya data neraca perdagangan Indonesia gagal mengangkat nilai tukar rupiah di hadapan USD.
Di pasar spot, Senin (16/11) valuasi rupiah tertekan 0,47% di level Rp 13.749 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah sudah menyusut 0,72% di level Rp 13.732 per dollar AS.
Josua Pardede, ekonom Bank Permata mengatakan seharusnya sajian data neraca perdagangan Indonesia Oktober 2015 yang masih surplus bisa mengangkat rupiah. Dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Oktober 2015 surplus US$ 1,01 miliar sehingga secara kumulatif Januari – Oktober 2015 sudah surplus US$ 8,16 miliar.
“Namun ini memang karena penurunan impor kita lebih dalam dan bukan karena ekspor yang membaik,” papar Josua. Sehingga efeknya tidaklah sekuat dari eksternal. Memang nilai ekspor Indonesia turun 4% ke level US$ 12,08 miliar dibanding bulan sebelumnya. Sementara impor turun 4,27% di level US$ 11,07 miliar.
Di luar itu, pada akhir pekan lalu, sajian data Amerika Serikat memang cukup positif. Mulai dari data penjualan ritel, PPI, penjualan ritel inti serta Prelim UoM Consumer Sentiment.
Memang harus diakui keunggulan USD diperdagangan hari ini terdorong oleh kisruh geopolitik antara Prancis dan Suriah. Setelah pada Jumat (13/11) lalu Perancis diteror aksi serangan ke warga negaranya, hari ini Prancis mengirimkan sepuluh jet tempurnya untuk mengebom pusat ISIS di kota Raqqa, Suriah.
"Dengan keadaan seperti ini, pelaku pasar akan cenderung berlindung kepada aset safe haven seperti USD," papar Josua. Tidak heran index USD Senin (16/11) hingga pukul 17.40 WIB terangkat ke level 99,18 atau naik 0,19%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
