kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju saham big cap injak pedal rem


Senin, 30 November 2015 / 10:30 WIB
Laju saham big cap injak pedal rem


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Perlambatan ekonomi global telah merembet ke Bursa Efek Indonesia. Bukan hanya menohok perusahaan kecil, emiten papan atas juga terkena imbas melambatnya perekonomian.

Kemandekan bisnis emiten tecermin dalam pergerakan harga saham mereka. Harga sejumlah saham emiten berkapitalisasi besar (big cap) seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) telah menyusut dan kembali ke harga sekitar empat tahun lalu.

Harga saham ASII dan GGRM telah lebih dulu menyusut ke level tersebut. Pada Jumat (27/11) akhir pekan lalu, harga ASII dan GGRM masing-masing bertengger di posisi Rp 6.225 dan Rp 50.000 per saham. Jika digambarkan dalam sebuah grafik, harga saham keduanya terlihat kembali ke posisi harga pada pertengahan tahun 2011, masing-masing Rp 6.155 dan Rp 51.500 per saham.

Harga saham ICBP dan HMSP juga telah kembali ke level yang pernah mereka lalui, yakni di pertengahan tahun 2013. Pada periode tersebut, harga saham ICBP berada di kisaran Rp 13.000 per saham, sementara HMSP di posisi Rp 87.000 per saham. Pada Jumat lalu, harga saham keduanya masing-masing berakhir di level Rp 12.575 dan Rp 97.000 per saham.

Kepala Riset Bahana Securities Harry Su menjelaskan, harga saham ASII dan GGRM relatif flat, karena pada dasarnya kedua saham ini kurang disukai investor.

Penyebabnya, untuk ASII, labanya cenderung turun. Tahun 2011, laba bersih emiten Grup Astra ini Rp 17,8 triliun. Sementara tahun ini diprediksi sekitar Rp 16,8 triliun. "Tahun depan, kami memperkirakan laba bersih ASII Rp 17,6 triliun, tapi ini juga tak menunjukkan adanya pertumbuhan dalam lima tahun terakhir," kata Harry.

Persaingan Ketat

Kondisi tersebut ditengarai lantaran ASII tertekan oleh semakin ketatnya persaingan di industri otomotif. Bukan hanya itu, ASII juga tertekan oleh pelemahan harga komoditas batubara dan minyak sawit mentah (CPO). Seperti diketahui, ASII memiliki anak usaha yang berhubungan dengan bisnis batubara, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR). Di bisnis CPO, ASII memiliki anak usaha PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Ketatnya persaingan di industri otomotif mendorong ASII selalu berinovasi, termasuk inovasi produk demi mempertahankan pangsa pasarnya. Yang teranyar, ASII meluncurkan Toyota Innova generasi terbaru. Namun langkah tersebut diprediksi tidak bisa banyak memperbaiki kinerja ASII.

Begitu pula dengan GGRM yang harga sahamnya kembali flat. Kinerja emiten ini tidak bisa lagi tumbuh signifikan. Selama tahun 2011, laba bersih GGRM senilai Rp 4,9 triliun dan tahun ini diprediksi mencapai Rp 5,4 triliun. "Pencapaian tahun ini juga flat jika dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp 5,37 triliun," jelas Harry.

Harga ICBP dan HMSP juga cenderung flat. Namun, selisih rentang harganya masih lumayan terlihat. Untuk ICBP, karena emiten ini bergerak di sektor konsumer dan produknya benar-benar bersentuhan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat.

"Kalau seperti ini, permintaan (produk ICBP) sangat bergantung pada kondisi ekonomi," tulis Syaiful Adrian, Analis Ciptadana Securities dalam riset 11 November 2015.

Jika melihat siklus, perbaikan ekonomi selalu terjadi menjelang kuartal keempat di setiap tahun. Meski selepas awal tahun ekonomi biasanya melemah, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu dalam tren meningkat.

Produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal keempat tahun ini diperkirakan mencapai 5,05%. "Angka tersebut naik dibanding kuartal ketiga tahun ini yang sebesar 4,73%. Perbaikan itu seiring dengan meningkatnya consumer confidence index," imbuh Syaiful.

Untuk HMSP analis melihat, fundamental bisnis perseroan sudah kuat. Selain itu, ada sentimen terbaru yang membuat gerakan saham emiten ini jauh lebih lincah. "HMSP yang menambah jumlah saham beredar di publik (free float) membuat saham ini kembali aktif diperdagangkan. Bahkan, transaksi pada 20 Oktober adalah yang tertinggi setelah periode bulan Mei 2005," jelas Taye Shim, Analis KDB Daewoo Securities Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×