kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba Turun 53,92%, Begini Penjelasan Manajemen Sampoerna Agro (SGRO)


Kamis, 28 Maret 2024 / 19:48 WIB
Laba Turun 53,92%, Begini Penjelasan Manajemen Sampoerna Agro (SGRO)
ILUSTRASI. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan penurunan pendapatan dan laba di tahun 2023. REUTERS/Lim Huey Teng


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan penurunan pendapatan dan laba di tahun 2023.

Melansir keterbukaan informasi BEI, SGRO mengantongi penjualan sebesar Rp 5,62 triliun di tahun 2023, turun 0,90% dari raihan tahun sebelumnya sebesar Rp 5,67 triliun.

Beban pokok penjualan SGRO tercatat Rp 4,29 triliun per akhir Desember 2023, naik dari Rp 3,68 triliun di akhir Desember 2022.

Alhasil, laba bruto SGRO sebesar Rp 1,32 triliun pada tahun lalu, turun 33,11% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 1,98 triliun.

Baca Juga: Turun 53,92%, SGRO Catat Laba Rp 483,71 Miliar pada Tahun 2023

Setelah diakumulasikan dengan beban dan pendapatan lain, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemiliki entitas induk sebesar Rp 483,71 miliar di tahun 2023. Raihan ini turun 53,92% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 1,04 triliun. 

Head of Investor Relation SGRO Stefanus Darmagiri mengatakan, penurunan kinerja SGRO di tahun 2023 disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata CPO sebesar 8% YoY menjadi Rp11,405/kg dan harga jual rata-rata PK sebesar 31% YoY.

“Selain itu, ada kenaikan beban pokok penjualan sebesar 16% YoY yang disebabkan oleh kenaikan kegiatan pemupukan sebagai bagian dari program ‘Strengthening Agronomy Best Practices’,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (28/3).

Strategi yang dilakukan SGRO dalam mempertahankan kinerja produksi di tahun 2024 adalah dengan terus fokus melanjutkan program intensifikasi, seperti yang telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya.

“Seperti mekanisasi, water management sistem, dan peningkatan infrastruktur, serta digitalisasi untuk meningkatkan monitoring, efektifitas produksi dan efisiensi kerja di kebun, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional Perseroan,” ujarnya.

 

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada kebun inti SGRO diperkirakan masih dapat tumbuh pada tahun 2024. Akan tetapi, produksi TBS dari kebun plasma diperkirakan SGRO akan menurun, yang salah satunya disebabkan oleh kegiatan replanting dari kebun. 

“Produksi CPO SGRO diperkirakan akan dapat tumbuh sampai dengan 5% YoY untuk tahun 2024,” tuturnya.

Adapun proyeksi target pendapatan pada 2024 sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga jual CPO yang sangat bergantung kepada mekanisme pasar serta fluktuatif harga. 

Menurut Stefanus, selama bulan Ramadan menjelang Lebaran, biasanya terjadi peningkatan permintaan CPO, sehingga dapat terjadi penurunan stok CPO milik SGRO.

“Oleh karena itu, Perseroan akan terus menjaga stok persediaan CPO di tengah terjadinya peningkatan permintaan CPO,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×