kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak WTI Turun 6,84% Sepekan, Paling Tajam Dalam 7 Pekan


Minggu, 05 Mei 2024 / 09:00 WIB
Harga Minyak WTI Turun 6,84% Sepekan, Paling Tajam Dalam 7 Pekan
ILUSTRASI. Dalam sepekan, harga minyak WTI anjlok 6,84%.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak tertekan pada perdagangan sepekan dan membukukan penurunan mingguan paling tajam dalam tiga bulan terakhir. Investor mempertimbangkan lemahnya data pekerjaan Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan waktu penurunan suku bunga Federal Reserve.

Jumat (3/5), harga minyak WTI kontrak Juni 2024 di Nymex turun 1,06% ke US$ 78,11 per barel. Ini adalah harga minyak WTI terendah sejak 13 Maret 2024 atau dalam lebih dari tujuh pekan terakhir. Dalam sepekan, harga minyak WTI anjlok 6,84%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Juli 2024 di ICE Futures turun 0,85% ke US$ 82,96 per barel. Harga minyak Brent pun menyentuh level terendah sejak 14 Maret 2024. Dalam sepekan ini, harga minyak Brent turun 5,95%. 

Investor khawatir bahwa suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama akan menghambat pertumbuhan ekonomi di AS, konsumen minyak terbesar di dunia. Pekan ini, Federal Reserve memutuskan pekan ini untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil di level 5,25%-5,5%.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) April Naik Jadi US$ 87,61 Per Barel, Ini Sebabnya

Data menunjukkan, pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari perkiraan pada bulan April dan kenaikan upah tahunan menurun. Data yang dirilis Jumat (3/5) ini mendorong para pedagang untuk meningkatkan taruhan bahwa bank sentral AS akan melakukan penurunan suku bunga pertamanya tahun ini pada bulan September.

“Perekonomian sedikit melambat. Tetapi (data) memberikan jalan ke depan bagi The Fed untuk melakukan setidaknya satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini,” kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics kepada Reuters

The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada minggu ini dan menandai tingginya angka inflasi yang dapat menunda penurunan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya membebani perekonomian dan dapat mengurangi permintaan minyak.

"Pasar memperhitungkan perkiraan waktu kemungkinan penurunan suku bunga setelah rilis data pekerjaan bulanan yang lebih lemah dari perkiraan," kata Giovanni Staunovo, analis di UBS.

Baca Juga: Harga Batubara Sedang Bullish, Bagaimana Prospeknya ke Depan?

Perusahaan-perusahaan energi AS pada minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut ke level terendah sejak Januari 2022, menurut Baker Hughes dalam laporan.

Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun delapan menjadi 605 dalam minggu yang berakhir 3 Mei. Ini adalah penurunan mingguan terbesar sejak September 2023. Jumlah rig minyak turun tujuh menjadi 499 pada minggu ini, yang terbesar penurunan mingguan sejak November 2023.

Premi risiko geopolitik akibat perang Israel-Hamas telah memudar ketika kedua belah pihak mempertimbangkan gencatan senjata sementara dan mengadakan pembicaraan dengan mediator internasional.

Selanjutnya, pertemuan produsen minyak OPEC+ berikutnya ditetapkan pada 1 Juni. Tiga sumber dari kelompok OPEC+ mengatakan mereka dapat memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela setelah bulan Juni jika permintaan minyak tidak meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×