Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menjelang pertemuan rencana lima tahunan China, harga batubara diproyeksi kian mendingin. Sebab, negeri Tiongkok itu akan fokus pada penggunaan komoditas energi terbarukan.
Mengutip Bloomberg, Senin (21/9), harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2015 di ICE Futures Exchange ditutup merosot 0,35% ke level US$ 56,55 per metrik ton. Harga batubara ini tergerus 1,13% sepekan terakhir.
Guntur Tri Hariyanto, Analis Pefindo menuturkan, rendahnya permintaan batubara dari China yang berlangsung hingga kini memicu kian terkikisnya harga batubara. "Per Juli 2015, impor batubara China kian tipis," kata Guntur. Pada Juli 2015, impor batubara China hanya 93 juta ton , turun 37% dibandingkan dengan Juli 2014.
Harga batubara bisa kian terkikis, menyusul rencana China untuk mengurangi karbon di industri manufaktur dan listrik. Seperti laporan yang dirilis Citigroup, Jumat (18/9), rencana kerja lima tahunan China, salah satu yang menjadi fokus utama negeri ini adalah target China menggunakan energi terbarukan seperti gas alam dengan porsi 50 gigawatt per tahun.
Ini akan menggantikan penggunaan batubara hingga lebih dari 300 juta metrik ton per tahun pada 2020. Oleh karena itu, harapan membaiknya permintaan batubara semakin mini. "Permintaan dari India dan Jepang pun menurun signifikan," tambah Guntur.
Permintaan India bisa turun 160 juta ton per tahun. Sedangkan Jepang beralih lagi ke pembangkit nuklir. "Sejak April 2015 harga batubara hanya bergerak di rentang US$ 50 – US$ 60 per metrik ton," kata Guntur. Ini menunjukkan semakin sulitnya harga untuk meninggalkan tren bearish.
Menurut Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, yang terjadi di pasar batubara saat ini adalah oversupply. Produksi masih tinggi sementara permintaan kian menyusut. Meski begitu, Andri menilai harga batubara masih berpeluang rebound sementara hari ini.
Sebab, pasar sedang menanti data Caixin Flash Manufacturing PMI China Agustus 2015 yang diprediksi naik dari 47,3 menjadi 47,6. "Jika data manufaktur positif, harga bisa rebound sesaat karena sudah turun dalam empat hari berturut-turut," prediksi Andri. Andri memperkirakan, pergerakan harga batubara hingga akhir tahun ini cenderung stagnan.
Apapun kebijakan suku bunga Federal Reserve tidak akan banyak mengubah keadaan fundamental harga. "Sebab, saat ini yang menjadi perhatian khusus adalah lemahnya permintaan di pasar," kata Andri. Andri menduga harga batubara bisa bergerak di US$ 50 – US$ 55 per metrik ton akhir 2015.
Untuk hari ini, Andri memperkirakan harga batubara bisa rebound terbatas di kisaran US$ 56 – US$ 58 per metrik ton dan sepekan antara US$ 56 – US$ 59 per metrik ton. Sedangkan Guntur memperkirakan, harga batubara akan bergerak sekitar US$ 55,50 – US$ 57,00 per metrik ton hari ini dan antara US$ 55,00 – US$ 57,50 per metrik ton dalam sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News