Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) akhirnya melemah akhir pekan lalu. Pelemahan dollar dipicu rilis data tingkat tenaga kerja Amerika yang menurun di luar prediksi para analis dan pelaku pasar.
Di pasar Spot, pada Jumat (10/1) akhir pekan lalu hingga pukul 17.00 WIB, pasangan mata uang EUR/USD menguat 0,46% menjadi 1,3670 dan AUD/USD menguat 1,07% menjadi 0,8995. Sedangkan pasangan USD/JPY melemah 0,91 menjadi 104,18 dibanding sehari sebelumnya.
Dollar turun tajam atas yen sejak rilis data tingkat tenaga kerja Amerika di bulan Desember hanya hanya naik tipis 74.000, masih jauh dari proyeksi sebesar 196.000. Alhasil, ada kemungkinan The Fed memperlambat penarikan stimulusnya.
Analis Millenium Penata Futures, Suluh A. Wicaksono bilang, pasangan mata uang EUR/USD pada pergerakan Jumat (10/1) akhir pekan lalu masih kuat terhadap dollar. Sejak Desember, euro cenderung menguat terhadap greenback.
"Penguatan euro tertopang oleh rilis data retail sale bulanan zona Eropa yang tumbuh dan factory order Jerman yang meningkat," kata Suluh.
Sementara itu, Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menilai, pasangan AUD/USD pada pergerakan akhir pekan berhasil rebound. Penguatan dipicu oleh data neraca perdagangan bulanan Cina yang dirilis 9 Januari lalu menunjukkan surplus sebesar US$ 25,6 miliar.
Data tersebut mengindikasikan adanya peningkatan import ke China yang berarti membaiknya outlook ekspor Australia. Biarpun berhasil menguat, outlook aussie masih bearish. "Masih dibayangi keinginan Reserved Bank Australia (RBA) yang ingin melihat pelemahan aussie lebih lanjut," kata Firman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News