kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Yuk menyimak lima topik penting hari ini!


Rabu, 26 Februari 2014 / 06:18 WIB
Yuk menyimak lima topik penting hari ini!
ILUSTRASI. WhatsApp Web: Cara Keluar (Log out) dari Browser di Laptop atau Komputer


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Berikut adalah sejumlah isu penting yang layak untuk disimak:

- Kinerja reksadana terangkat SBN

 Prospek reksadana pendapatan tetap terbantu dengan harga Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan (benchmark) yang tengah dalam tren naik. Maklum aset dasar atau underlying asset reksadana ini mayoritas ditempatkan pada obligasi pemerintah dan korporasi. Alhasil, imbal hasil reksadana pendapatan tetap tahun 2014 diperkirakan lebih baik dari tahun lalu.

Pergerakan yield SBN seri acuan cenderung turun sejak awal Februari 2014. Ini otomatis menaikkan harga SBN seri acuan tersebut. Ambil contoh, seri FR0071 yang bertenor 15 tahun mencapai harga tertinggi tahun ini pada 20 Februari 2014 senilai 101,93 naik 0,66% dari harga awal tahun (year to date/ytd). Tak hanya itu, seri FR0070 bertenor 10 tahun juga mencapai harga tertinggi pada 20 Februari 2014 di level 100,43 naik hingga 1,15% ytd.

Kenaikan harga SBN seri acuan ini bisa mengerek kinerja reksadana jenis pendapatan tetap. Mengutip data PT Infovesta Utama, indeks reksadana pendapatan tetap per 24 Februari 2014 mencetak return 0,96% secara bulanan (month on month/mom). Meskipun kinerja secara tahunan (year on year/yoy) masih minus 4,20%.

- Pemerintah serap sukuk negara di bawah target

 Lantaran yield yang diminta investor terlalu tinggi, pemerintah hanya memenangi lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara senilai Rp 1 triliun. Hasil itu lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 1,5 triliun.

Padahal, lelang sukuk kali ini mendapatkan permintaan Rp 5,69 triliun, atau kelebihan permintaan atau oversubscribes tiga kali lipat lebih.
Dari empat seri surat utang syariah yang ditawarkan, pemerintah juga hanya memenangi satu seri saja. Seri yang dimenangkan adalah SPN-S12082014 dengan tenor pendek 6 bulan. Dari nilai Rp 1 triliun, nominal kompetitifnya sebesar Rp 700 miliar sedangkan sisanya merupakan nilai non-kompetitif. Surat utang itu diserap dengan yield rata-rata tertimbang sebesar 6,16786%.

Seri SPN-S12082014 memang menjadi seri yang paling banyak mendapatkan penawaran, yaitu mencapai Rp 4,7 triliun. Sedangkan, jumlah penawaran yang masuk dari tiga seri lainnya, yaitu PBS003 (tenor 13 tahun) senilai Rp 33 miliar, PBS005 (tenor 29 tahun) Rp 786,7 miliar, dan PBS006 (tenor 6 tahun) Rp 153 miliar.

- Pelemahan USD masih berlanjut

Nilai tukar mata uang Amerika Serikat (AS) masih melemah terhadap sejumlah mata uang di dunia. Hal ini disebabkan oleh data ekonomi AS yang buruk serta cuaca dingin yang membuat perekonomian negeri Paman Sam melambat.

Data Bloomberg menunjukkan, Selasa (25/2) pukul 20.00 WIB, pasangan EUR/USD naik tipis 0,09% dari hari sebelumnya menjadi 1,3748. USD juga melemah 0,23% versus JPY ke level 102,27. Namun, USD masih menguat tipis 0,04% terhadap AUD ke 0,9031.

Rilis data ekonomi AS yang buruk menekan USD. Yang terbaru, data Existing Home Sales bulan Januari  2014 sebesar 4,26 juta unit, lebih rendah 5,1% dibandingkan bulan Desember 2013 yang sebesar 4,87 juta unit. Ini menjadi level terendah sejak Juli 2012.

- Posisi IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dalam. Selasa (25/2), IHSG melemah 1% ke 4.577,29. Kondisi ini bertolak belakang dengan apa yang dialami oleh indeks MSCI Asia Pasific yang justru naik 0,6% ke 137,95 sampai pukul 17.10 waktu Hong Kong. Begitu juga dengan posisi asing yang mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 58,3 miliar.

Analis Lautandhana Securindo Khrisna Dwi Setiawan menilai, ini karena koreksi teknikal semata. Pasalnya, kondisi IHSG telah cenderung jenuh beli sehingga para pelaku pasar cenderung merealisasikan untung.

Padahal menurut Krishna, rupiah masih cenderung menguat. "Bahkan asing masih net buy," kata dia.

- Posisi Wall Street

Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa AS ditutup di zona merah tadi malam (25/2) di New York. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks S&P 500 turun 0,1% menjadi 1.845,12. Sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,2% menjadi 16.179,66.

Transaksi tadi malam melibatkan 6,7 miliar saham. Angka tersbeut setara dengan nilai rata-rata transaksi tiga bulanan.

Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa AS. Beberapa di antaranya yakni: Office Depot Inc yang turun 8,8%, Tenet Healthcare Corp turun 9,1%, dan Tesla Motors Inc naik 14%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×