kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

YKKBI tetap lanjutkan investasi di RDPT Bahana


Rabu, 25 Juli 2012 / 19:18 WIB
YKKBI tetap lanjutkan investasi di RDPT Bahana
ILUSTRASI. Botol vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca di Pusat Vaksinasi Rumahsakit Universitas Skane di Malmo, Swedia, 17 Februari 2021. TT News Agency/Johan Nilsson via REUTERS.


Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Kendati ada keterlambatan operasional di proyek yang menjadi underlying asset, Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI) mengaku masih akan melanjutkan investasi mereka di Reksadana Penyertaan Terbatas Bahana Private Equity Pelabuhan (RDPT BPEP).

"Sekarang kita tahan dulu tapi sekaligus juga positioning. Kami evaluasi langkah terbaik yang bisa kami lakukan sambil tetap berkomunikasi investor lainnya dan Bahana sebagai manajer investasi," ungkap Bendahara YKKBI Adam Srihono kepada KONTAN, Rabu (25/7).

Ia menambahkan, pihaknya menyadari perolehan return untuk proyek dengan underlying asset proyek di sektor riil/infrastruktur dan baru dalam tahap pembangunan membutuhkan waktu yang lama. Apalagi, RDPT BPEP ini merupakan pilot project alias yang pertama di Indonesia. "High risk, high return. Namanya produk baru kadang ada cost operate," ujar Adam.

Sekadar mengingatkan, RDPT BPEP diterbitkan PT Bahana TCW Investment pada Desember 2008 dengan total nilai Rp 325 miliar. Underlying asset dari RDPT tersebut ialah proyek pelabuhan Eastkal Supply Base di Penajam, Kalimantan Timur. Semula, fase I dari proyek tersebut ditargetkan tuntas pada tahun 2009. Namun, molor lantaran kendala teknis dan proses perizinan. Total biaya yang telah dikeluarkan untuk fase I adalah Rp 430 miliar dengan 75% pendanaan dari RDPT BPEP.

YKKBI memiliki porsi terbesar dari RDPT BPEP, yakni 62%. Sisanya sebesar 18,5% merupakan investasi Yayasan Kesehatan Telkom dan Dana Pensiun Telkom dan 1% merupakan penyertaan Bahana TCW selaku manajer investasi. Adapun target return yang dijanjikan minimal 5% dengan masa exit (redemption/penarikan) adalah lima tahun ditambah dua tahun sejak penerbitan.

Direktur Utama Bahana TCW Investment Edward Parlindungan Lubis menjelaskan mekanisme redemption di RDPT berbeda dengan reksadana lainnya. Sama seperti konsep penyertaan di perusahaan, jika investor RDPT ingin keluar, maka harus mencari partner lain yang akan masuk. Adapun tata kelola reksadana diatur dalam Rapat Umum Pemegang Unit Penyertaan. "Kami setuju YKKBI ingin return maksimal dan kami komit untuk itu," ujar Edward.

Bahana TCW, lanjut Edward, selain memiliki porsi 1% atau sekitar Rp 3,25 miliar dari RDPT BPEP, juga melakukan penanaman modal tambahan di luar reksadana untuk proyek tersebut. Bentuknya berupa Medium Term Note senilai Rp 40 miliar dan pinjaman Rp 60 miliar. Untuk yang terakhir, baru mulai dikucurkan bulan ini secara bertahap hingga akhir tahun 2012 sebagai sumber dana pembangunan fasilitas tambahan. Bahana TCW menargetkan pada awal 2013 fase I dari pelabuhan Eastkal bisa beroperasi.

"Bisnis memang belum mulai. Tapi terlalu dini mengatakan seterusnya proyek ini tidak menghasilkan. Beri kesempatan proyek ini selesai," kata Edward.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×